30 Juli 2008

DESA PENIRON MEMBUAT REKOR

Setelah ditunggu sekian lama akhirnya dana kompensasi untuk rakyat miskin dibagikan juga. Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang oleh Kades Triyono Adi diplesetkan menjadi Bantuan Langsung Telas dibagikan langsung dengan lancar di Balai Desa Peniron, Senin 21 Juli 2008. Bantuan yang diterima per Kepala Keluarga penerima BLT adalah 300 ribu rupiah untuk 3 bulan. Rencananya, penerima BLT akan menerima dana selama 8 bulan, tidak 12 bulan seperti BLT sebelumnya.

Tulisan ini akhirnya menjadi terlambat tayang, tetapi saya pikir tak terlalu menjadi soal karena berita mengenai BLT sebenarnya bukan berita yang menarik. Mengangkat berita mengenai BLT sebenarnya sama dengan mengangkat aib atas lemahnya kondisi ekonomi masyarakat desa kita.


Dari sebanyak 1451 Kepala Keluarga di Peniron, tercatat 751 KK tercatat sebagai penerima BLT. Jumlah ini sekaligus menjadi rekor sebagai desa dengan jumlah penerima BLT terbanyak se kecamatan Pejagoan. Bahkan, jika survey mengenai rumah tangga miskin dilakukan dengan benar, mungkin jumlah penerima BLT akan meningkat lagi. Kenyataannya masih muncul banyak ketidakpuasan terkait dengan tidak tercatatnya keluarga yang merasa miskin dalam daftar penerima BLT tadi.
Ya, karena BLT rakyat justru lebih senang menjadi miskin atau dimiskinkan. Hebat bukan?

Sekarang semua terpulang pada kita, akankah rekor ini akan menjadi sebuah kebanggaan atau aib. Kebanggaan karena kemiskinan ternyata bisa dijual dan membuat banyak uang masuk Peniron, yang itu berarti akan memacu perputaran uang dan geliat ekonomi. Sebagian dana itu berdasarkan kesepakatan bahkan bisa digunakan untuk memperbaiki insfrastruktur dan menambah kas lingkungan. Ataukah aib bagi kita sehingga menyadarkan kita untuk berbenah? Ataukah kedua-duanya menjadi pilihan agar menjadi keuntungan ganda?

Mengenai BLT dan banyaknya warga miskin di Peniron, saya yakin Anda mempunyai opini, persepsi dan solusi sendiri. Kalau saya berpendapat, BLT yang mengacaukan akal sehat rakyat, harus bisa dmanfaatkan secara cerdas demi kepentingan bersama. Jelasnya, saya berpendapat bahwa rekor tadi harus dipertahankan bahkan harus ditingkatkan sehingga semua menjadi miskin. Kemudian dana tadi kita kelola bersama-sama untuk meningkatkan sarana peningkatan sosial ekonomi. Kalaupun dikelola sendiri, dana 100.000 x 8 bulan sangat susah untuk dibagi ditengah melambungnya harga-harga sekarang.

Daripada jadi makanan empuk koruptor, bukankah lebih baik “dikorupsi” demi kepentingan rakyat kecil bersama-sama? Kalaupun ada resiko, ya ditanggung bersama.

Menurut Anda bagaimana?

5 komentar:

  1. Kalau menurut saya sih, Peniron membuat rekor mengenai BLT, kita semua tidak perlu berkecil hati, toh memang keyataannya seperti ini, tapi sebagai desa yang kita cintai, kita semua perlu mencetuskan dengan adanya terobosan - terobosan baru seperti menciptakan lapangan pekerjaan ataupun wirausaha dengan pendapatan yang cukup menjanjikan di Peniron demi kesejahteraan yang kita harapkan.

    BalasHapus
  2. bambang (Kawunganten)
    sekitar 40, sekian persen lebih penerima BLTnya.... ya wajar lah dibanding dengan desa2 sekelilingnya....
    sing sugih sing due blog tok mbok... hehe, apa jangan2 melu tampa BLT juja..,
    salam...

    BalasHapus
  3. @Bang Yos, memang betul kita tak perlu kecil hati. Yg penting justru bagaimana menyikapi positif dan berani mengkoreksi setiap kekurangan2 pada desa kita untuk dicari solusinya. pokoke kira-kira begitu lah..

    @Kang Bambang, sugeng rawuh dan matur nuwun sudi mampir meng Peniron. Wong Peniron ta akeh banget sing due sedulur nang kawunganten Kang.. Sedulurku nang Kalijeruk ya akeh banget koh. Rika due dulur nang Peniron apa ora? Aja-aja malah sedulurku lah. hehe
    Nek masalah due blog ora kudu sugih Kang, malah sing pada sugih eman-eman nggo dolanan kaya kiye, mending nggo dagang sing olih bati. hehe..

    BalasHapus
  4. sebelum dan sesudahnya saya minta maaf, saya cuma mau naya bener atau engga, kemaren saya dapat informasi tentang dana BLT di desa peniron, katanya ci dapet dana BLTnya tidak sesuwai dari keputusan pemerintah yang seharusnya dana BLT itu di bagikan ke masyarakat sebesar Rp. 300.000,- per KK bagi yang menerima.

    BalasHapus
  5. Dana BLT dipotong sbenarnya bukan rahasia lg Kang. Kalo di Peniron konon sudah dr tahun lalu. Tapi inisiatif maupun koordinasinya bukan perangkat desa, ttp masyarakat. Hasilnya utk warga miskin yg tdk dapat, utk mbangun lingkungan dan sebagian kas.
    Itulah kalo negara bikin program tdk bermutu spt ini Kang.

    BalasHapus

- Urun rembug
- Nerusna dopokan
Saran: untuk lebih mempercepat, silahkan langsung pilih profil Anda pada pilihan Nama/URL dengan menuliskan Nama dan URL Anda.