31 Juli 2008

ACARA AGUSTUSAN

Sebentar lagi, bangsa Indonesia akan berusia 63 tahun. Kalau untuk kita, usia 63 sudah pasti akan disebut kakek, nenek, mbah atau yang tidak berani kawin dijuluki bujang tua atau bahkan sudah mati dan tinggal nama.

Peringatan HUT RI, oleh lidah Peniron dulu disebut Prayakan, mungkin karena menyebut kata perayaan susah bagi lidah orang-orang tua kami. Sekarang, untuk menyebut Perayaan HUT RI 17 Agustus, orang-orang termasuk kami memakai istilah dengan menyebutnya Agustusan.

Agustusan di Peniron selalu diperingati dengan bermacam acara. Entah mereka paham dengan makna merdeka atau tidak, bahkan apakah mereka sudah benar-benar merdeka atau belum, sepertinya tidak pernah terlintas dalam pikiran. Yang penting, Agustusan adalah sebuah tradisi nasional yang harus diperingati semeriah mungkin sesuai kemampuannya. Agustusan sepertin dimanfaatkan betul oleh masyarakat untuk melepaskan beban hidup karena semakin tingginya biaya konsumsi.

Peringatan Agustusan di Peniron tahun ini, nyaris sama seperti tahun-tahun yang lalu yaitu olah raga dan seni. Hanya acara karnaval yang ditiadakan karena sesuai kesepakatan masyarakat hanya diadakan 2 tahun sekali demi efisiensi biaya. Sedangkan kegiatan olah raga bulutangkis, tenis meja, sepak takraw dan tarik tambang mungkin tidak diadakan tahun ini.

Acara Agustusan yang sudah sangat mentradisi dan sudah menjadi acara wajib adalah turnamen sepak bola antar klub tingkat Kadus, dikuti oleh 8 klub yang merupakan klub anggota Turangga Sakti bahkan sudah berjalan sejak tanggal 24 Juli lewat format setengah kompetisi. Untuk final akan dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus sore.

Kegiatan olah raga lain adalah kasti yang finalnya dijadwalkan pada tanggal 13 Agustus dan volley ball yang finalnya dijadwalkan pada tanggal 9 Agustus. Setelah upacara bendera, seperti biasa akan dilangsungkan pawai dan dilanjutkan dengan atraksi seni kuda lumping dan dangsak (seni cepetan khas Peniron dan sekitarnya). Malam harinya dilangsungkan pentas seni di halaman SDN 2 yang merupakan puncak sekaligus acara penutup Agustusan tingkat desa.

Tahun ini, seluruh kegiatan olah raga dipusatkan di lapangan desa Peniron, padahal tahun sebelumnya kegiatan seperti volley, takraw dan badminton dipencar pada lapangan Kadus. Mudah-mudahan langkah ini didasari karena semangat persatuan, bukan karena efek dari suasana kompetisi.

****

Berbicara semangat kompetisi, acara Agustusan di Peniron memang selalu penuh nuansa persaingan antar Kadus. Efek positifnya, Kadus memang terpacu untuk kompetitif, tetapi efek negatifnya, semangat kebersamaan yang harusnya melandasi kegiatan Agustusan seolah luntur. Ironisnya bahkan tak jarang acara Agustusan diwarnai perilaku negatif bahkan perkelahian akibat acara Agustusan disikapi berlebihan sebagai kompetisi untuk ”prestise” Kadus.

Acara Agustusan di Peniron memang monoton dari tahun ke tahun. Tak pernah ada yang berubah dan selalu sama bahkan ketika nahkoda kegiatan dipegang oleh orang yang berbeda sekalipun. Tak pernah ada yang segar, bahkan olah raga kasti yang dulu bisa sebagai “obat tetes mata” karena diikuti ibu-ibu dan mbak-mbak” sekarang tak lagi menarik untuk ditonton. Penyebabnya adalah, pemain kasti sudah digantikan oleh anak-anak usia SD dan SMP. Penyebabnya adalah, ibu-ibu malu jika kalah karena acara agustusan adalah olah raga prestasi, bukan lagi hiburan.

Padahal, masyarakat sebenarnya menanti acara yang segar karena ada sentuhan inovasi. Disini, tak ada pihak yang disalahkan karena setiap penentuan kegiatan selalu dimulai dengan musyawarah. Tetapi untuk ke depan, tak ada salahnya jika pihak-pihak terkait mulai merancang inovasi baru dalam kegiatan peringatan HUT RI demi dinamisasi Peniron dan penghuninya.

Tak kalah pentingnya adalah, perlunya diupayakan untuk membangun kembali rasa persatuan pada masyarakat yang kadang malah tercabik-cabik oleh acara Agutusan itu. Mudah-mudahan, semangat persatuan dan kegotongroyongan bukan hanya menjadi materi orasi, tetapi bisa diimplementasikan dalam praktek dan kehidupan nyata. Dan sebagai bagian dari Peniron, kita punya tugas yang sama agar tidak hanya tercipta persatuan yang semu...

30 Juli 2008

DESA PENIRON MEMBUAT REKOR

Setelah ditunggu sekian lama akhirnya dana kompensasi untuk rakyat miskin dibagikan juga. Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang oleh Kades Triyono Adi diplesetkan menjadi Bantuan Langsung Telas dibagikan langsung dengan lancar di Balai Desa Peniron, Senin 21 Juli 2008. Bantuan yang diterima per Kepala Keluarga penerima BLT adalah 300 ribu rupiah untuk 3 bulan. Rencananya, penerima BLT akan menerima dana selama 8 bulan, tidak 12 bulan seperti BLT sebelumnya.

Tulisan ini akhirnya menjadi terlambat tayang, tetapi saya pikir tak terlalu menjadi soal karena berita mengenai BLT sebenarnya bukan berita yang menarik. Mengangkat berita mengenai BLT sebenarnya sama dengan mengangkat aib atas lemahnya kondisi ekonomi masyarakat desa kita.


Dari sebanyak 1451 Kepala Keluarga di Peniron, tercatat 751 KK tercatat sebagai penerima BLT. Jumlah ini sekaligus menjadi rekor sebagai desa dengan jumlah penerima BLT terbanyak se kecamatan Pejagoan. Bahkan, jika survey mengenai rumah tangga miskin dilakukan dengan benar, mungkin jumlah penerima BLT akan meningkat lagi. Kenyataannya masih muncul banyak ketidakpuasan terkait dengan tidak tercatatnya keluarga yang merasa miskin dalam daftar penerima BLT tadi.
Ya, karena BLT rakyat justru lebih senang menjadi miskin atau dimiskinkan. Hebat bukan?

Sekarang semua terpulang pada kita, akankah rekor ini akan menjadi sebuah kebanggaan atau aib. Kebanggaan karena kemiskinan ternyata bisa dijual dan membuat banyak uang masuk Peniron, yang itu berarti akan memacu perputaran uang dan geliat ekonomi. Sebagian dana itu berdasarkan kesepakatan bahkan bisa digunakan untuk memperbaiki insfrastruktur dan menambah kas lingkungan. Ataukah aib bagi kita sehingga menyadarkan kita untuk berbenah? Ataukah kedua-duanya menjadi pilihan agar menjadi keuntungan ganda?

Mengenai BLT dan banyaknya warga miskin di Peniron, saya yakin Anda mempunyai opini, persepsi dan solusi sendiri. Kalau saya berpendapat, BLT yang mengacaukan akal sehat rakyat, harus bisa dmanfaatkan secara cerdas demi kepentingan bersama. Jelasnya, saya berpendapat bahwa rekor tadi harus dipertahankan bahkan harus ditingkatkan sehingga semua menjadi miskin. Kemudian dana tadi kita kelola bersama-sama untuk meningkatkan sarana peningkatan sosial ekonomi. Kalaupun dikelola sendiri, dana 100.000 x 8 bulan sangat susah untuk dibagi ditengah melambungnya harga-harga sekarang.

Daripada jadi makanan empuk koruptor, bukankah lebih baik “dikorupsi” demi kepentingan rakyat kecil bersama-sama? Kalaupun ada resiko, ya ditanggung bersama.

Menurut Anda bagaimana?

24 Juli 2008

DONOR DARAH, KENAPA TAKUT?

“Pak bs donor ora, bth wg 2 nggo bpke Suyuti”.. begitu tulisan sms yang aku terima dari temen saya Memed, siang Rabu kemarin. Sms-nya tidak langsung aku balas, tetapi sms itu langsung aku teruskan ke nomor, adikku. Maksud saya, karena butuh 2 orang, maka tak ada salahnya jika adikku saya cadangkan jika pada pemeriksaan nantinya darahku tak cukup sehat untuk diambil. Aku memang punya tekanan darah yang lumayan tinggi, sehingga pernah 2 kali gagal donor karena tekanan darahku di atas 160/90.



Sms ke adikku langsung direspon dengan jawaban “Bisa, kapan? Aku lagi mulang” Maka, aku jadi sedikit tenang. Belum sempat aku balas sms dari Memed, datang kang Suyuti bersama Kang Slamet ke kantorku, dan aku tentu sudah bisa menduga, maksud kedatangan mereka yang tiba-tiba itu dan memang benar. Akhirnya aku menyanggupinya untuk langsung ke UTD PMI Kebumen sekitar 2 jam lagi.

Karena banyaknya pekerjaan yang harus saya selesaikan, maka saya baru ke UTD PMI sekitar jam 17.00 WIB dan disusul adikku seperempat jam kemudian. Dan benar seperti yang kukuatirkan, petugas Unit Transfusi Darah PMI tidak berani mengambil darahku saat itu karena tensi darahku yang cukup tinggi. Akhirnya, aku disarankan datang lagi besok hari dengan syarat harus istirahat dan tidur cukup. Jadilah saat itu hanya darah adikku yang diambil, dan hal seperti ini pernah juga terjadi sebelumnya.



Akhirnya lagi, baru tadi sore saya kembali ke UTD PMI dan sukses diambil darahnya walaupun tensi darahku masih lumayan tinggi, 140/90. Petugas sempat menyatakan apakah saya berani, dan saya katakan dengan mantap, saya berani. Saya yakin, selama fisik saya terasa siap dan pemeriksaan darah juga baik, tak ada yang perlu ditakutkan. Dan nyatanya, malam ini saya masih beraktifitas seperti biasa, lembur dan bisa nyambi bikin postingan ini.



*****



Cerita nyata di atas bukan dimaksudkan untuk menyombongkan diri bahwa saya seorang yang dermawan. Toh darah itu kan saya juga tidak beli Kang.

Pengalaman ini saya angkat, karena keprihatinan saya pada masih sedikitnya orang Peniron yang masih mau dengan senang hati berdonor darah. ..kalau desa lain saya tidak tahu.. Kenapa saya berani mengatakan kalau orang Peniron masih sedikit yang mau berdonor? Karena pengalaman beberapa kali saya diminta untuk donor karena alasan yang sama yaitu Susah mencari orang yang mau donor!



Ada beberapa sebab kenapa susah mencari pendonor darah. Beberapa teman punya alasan yang berbeda seperti: takut jarum suntik/sakit, takut tidak kuat, takut darah yang baik habis, dan hanya sedikit yang beralasan takut tertular penyakit menular, HIV/AIDS misalnya. Sayangnya, penyebab ketakutan mereka berdonor selalu mereka pelihara, bahkan dikembangbiakkan, sehingga jadilah fenomena susah mencari pendonor setiap kali ada tetangga yang membutuhkan selalu terjadi.



Bagi teman-teman yang anti donor, rasa takut adalah hal yang manusiawi, tetapi berbuat demi hal yang manusiawi harusnya mampu menghilangkan rasa takut itu. Saya yakin, alasan dan argumentasi teman-teman anti donor didapat dari mereka yang belum pernah berdonor. Jadi mengapa harus percaya? Bukankah ada fakta yang bisa dilihat, bahwa kami dan teman-teman yang terbiasa donor juga sama sehatnya? Bahkan mungkin justru lebih sehat?



Jujur saja, dari kecil saya belum pernah sekalipun disuntik karena sakit ataupun imunisasi, jadi saya termasuk orang yang takut jarum suntik. Tetapi pada saat donor darah, nyatanya saya tidak berteriak kesakitan dan begitupun pendonor yang lain, saya juga tidak pusing atau pingsan walaupun saya diambil darahnya saat tensi darah saya lumayan tinggi. Saya dan darah saya juga sehat dan normal-normal saja selama ini, bahkan berat badan saya selalu bertambah kan? Jadi, kenapa teman-teman harus takut?



Kenapa harus takut untuk sedikit berkorban demi saudara-saudara kita yang membutuhkan? Toh kita tak berkorban apa2 kecuali mungkin sedikit waktu. Bayangkan jika tak ada stok darah karena kita yang sehat “pelit” untuk menyumbangkan darah kita. Bayangkan jika saat itu Anda yang membutuhkan dan akhirnya mati karena tak ada darah.



Maka, sebagai manusia kewajiban kita adalah saling menolong selama kita mampu, tanpa memandang untuk siapa, apa, kapan, di mana,dan bagaimana.

Sesekali, cobalah Anda datang ke UTD PMI. Lihat dan perhatikan betapa banyak orang berharap bantuan dari darah kita. Wajah-wajah cemas mereka karena stok darah yang selalu terbatas sehingga PMI mewajibkan untuk mengganti dengan pendonor lain demi terjaganya stok darah. Dan dengan cara itu, mereka jadi tidak harus keluar uang untuk membeli darah; Haruskah kita yang sehat tetap tak mempunyai empati?



Dari sumber terpercaya yang saya baca, memang tidak ada manfaat langsung menjadi donor darah. Namun dengan mendonorkan darah secara rutin setiap tiga bulan sekali, maka tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah baru, sedangkan fungsi sel-sel darah merah yang berfungsi untuk oksigenisasi dan mengangkut sari-sari makanan. Dengan demikian fungsi darah menjadi lebih baik sehingga donor menjadi SEHAT. Selain itu, kesehatan pendonor akan selalu terpantau karena setiap kali donor dilakukan pemeriksaan kesehatan sederhana dan pemeriksaan uji saring darah terhadap infeksi yang dapat ditularkan lewat darah.



Bahkan dari kebanyakan sumber lain lain bahkan tegas menyatakan bahwa rutin berdonor akan menyehatkan tubuh karena bergantinya sel-sel darah yang lebih baik. Dan berbagai kesaksian menyatakan bahwa tubuh terasa lebih baik setelah berdonor.

Menutup tulisan ini, saya mengajak Anda mau menjadi provokator yang baik untuk mengkampanyekan budaya tidak takut berdonor darah. Jika termasuk golongan penakut itu, mari berubah; cukuplah dengan satu alasan: DEMI KEMANUSIAAN..

23 Juli 2008

YANG UNIK DI RAJABAN

Dokumentasi dari peringatan Isro Mi’roj 1429 H desa Peniron berikut menggambarkan, betapa antusiasnya masyarakat Peniron mendukung PHBI. Jikapun bagi Anda mungkin biasa, minimal itu luar biasa menurut kami.

Luar biasa karena ditengah himpitan kesulitan akibat melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, ditengah banyaknya kebutuhan untuk sekolah anak-anaknya, ditengah ramainya musim kondangan, ditengah wabah kecemburuan sosial akibat dampak BLT, dan ditengah kegagalan panen akibat musim kering, masyarakat tetap teguh menjunjung budaya “ndesa”nya.



Di samping seni janeng, yang dulu sempat membawa Peniron menjadi begitu dikenal di Kebumen, hal unik lain adalah kehadiran "besek" (dus wadah katering nasi kalau dikota, tetapi ini terbuat dari bambu) serta oleh-oleh untuk para hadirin.



Besek merupakan oleh-oleh/bingkisan tamu umum, sedangkan tamu kelas "bisnis" berupa dus bekas mie instan yang berisi (berdasarkan yang saya dapat beserta 100 tamu lain): nasi beserta lauk komplit, telor bebek 5 biji, gula dan teh, sprite kaleng, roti cokelat 1 pak dan segepok buah. Untuk tamu "eksekutif" konon lebih "wah" lagi, apalagi untuk tamu "VIP".



Mudah2an "budaya" baru ini tidak lantas berkembang lebih "parah" sehingga beban masyarakat menjadi bertambah lagi bahkan mengalahkan biaya untuk pendidikan dan hidup sehari-hari.

20 Juli 2008

PERINGATAN ISRO MI’ROJ 1429 H DESA PENIRON

Hari Minggu, 20 Juli 2008 bertempat di masjid besar Baiturrohim dilangsungkan peringatan hari Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tahun 1429 H. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana masing-masing masjid mengadakan Peringatan Hari Besar Islam sendiri-sendiri, tahun ini PHBI dilaksanakan bersama di satu masjid. (yang dimaksud masjid di Peniron adalah masjid yang digunakan untuk melaksanakan sholat Jum’at. Ada 4 buah masjid yang digunakan untuk sholat Jum’at, yaitu Masjid di Dusun Klapasawit, Dusun Bak, Dusun Rayung dan Masjid Besar Baiturrohim-red).



Karena dilaksanakan “kolektif” sehingga diikuti seluruh masyarakat dari segala penjuru Peniron, peringatan Isro Mi’roj kali ini terasa sangat meriah. Disamping masyarakat setempat, banyak tamu undangan dari tetangga desa yang menghadiri peringatan ini.



Acara yang dijadwalkan dimulai pukul 09.00 WIB terpaksa molor sampai jam 10.00 WIB karena banyaknya masyarakat yang terus berdatangan sehingga Panitia akhirnya disibukkan untuk menerima dan menata hadirin. Sampai acara akan dimulai, tempat yang disediakan Panitia yaitu seluruh halaman masjid dan masjid penuh. 1000 kursi yang tersedia terisi penuh sehingga disamping dalam masjid, hadirin tua muda, ibu, bapak dan anak-anak rela mengikuti acara sambil lesehan ditepi jalan maupun diteras-teras rumah. Hadirin diperkirakan lebih dari 2000 orang karena dari catatan jumlah “besek (seperti dus tempat nasi catering tapi terbuat dari bambu)” yang mencapai 3000 buah, hanya tersisa tak lebih dari 200 buah.



Acara yang dibawakan oleh Mas Achmad Suyuti, dibuka dengan pembacaan umul kitab yang dipimpin oleh K. Khudlori Iksan. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan Ketua Panitia, Bapak Nur dari Klapasawit.



Kepala Desa Triyono Adi dalam sambutan berikutnya menyampaikan banyak hal. Dengan gaya orasinya yang khas, tegas dan tandes, beliau mampu membuat hadirin menyimak semua yang beliau sampaikan. Beliau berharap semoga bersatunya peringatan Isro Mi’roj ini menjadi tonggak semangat agar ke depan masyarakat lebih mempererat silaturahmi dan persatuan. Hal lain yang disampaikan adalah beberapa hal menyangkut program-program Pemerintah dan Pemerintah Desa seperti BLT, PAMSIMAS, ADD, dan lainnya.



Setelah sambutan bapak Kadar, BA selaku camat Pejagoan, acara hikmah Isro Mi’roj disampaikan oleh Ustadzah Dra. Titik Sri Wahyuni dari Kutowinangun. Disamping karena seorang perempuan, gaya khas dalam membawakan hikmah Isro Mi’roj juga disukai hadirin. Apalagi pada saat beliau berkolaborasi membacakan shalawat dengan diiringi musik janeng, sungguh sangat menarik dan sangat khas. Ya, group janeng Sri Lestari dari Krajan memang merupakan salah satu grup janeng yang handal, bahkan belum lama ini tampil di radio In FM.



Selepas uraian hikmah Isro Mi’roj, acara ditutup dengan doa penutup dipimpin oleh K.H. Asmuni. Usai sudah acara yang berlangsung dengan lancar. Kerja keras Panitia dan dukungan luar biasa masyarakat akhirnya berbuah sukses.

Semoga hikmah Isro Mi’roj semakin menguatkan taqwa kita kepada Alloh SWT. Amin…

18 Juli 2008

KEMARAU = KRISIS AIR

bendung intake Kedungsamak yang sudah mengering

Sudah dua bulan Peniron tak tersiram air hujan. Kering yang semakin tahun kian sulit karena sumber air tak mampu lagi bertahan lama. Inilah barangkali salah satu efek dari pemanasan global yang bahasa keren menurut Kang Naryo dinamai Global Warming.

Entah keberuntungan atau malah kebuntungan, Peniron memang belum masuk dalam peta desa yang rawan kekeringan sehingga belum pernah mendapat bantuan air bersih dari pemerintah. Dalam hal kebutuhan air bersih, Peniron memang belum separah desa sekitarnya seperti Prigi, Watulawang dan desa-desa disebelah utara (kec. Karanggayam).

Tetapi, kondisi terkini selalu jauh lebih buruk dari sebelumnya. Sekarang, ketika kemarau baru jalan 2 bulan, air susah sulit didapat. Sungai-sungai telah kering. Sumur-sumur yang biasanya masih cukup air, harus menunggu penuh untuk bisa disedot dengan pompa.

Imbas pada petani bahkan jauh lebih buruk lagi. Sekarang, sudah sangat susah mencari sumber air untuk menyiram tembakau. Sehingga petani harus rela tidak tidur semalaman hanya untuk menunggui sumber air demi mendapat air.
hamparan padi yang puso

Sebagian petani yang “nekat” menanam padi bahkan harus gigit jari lebih awal. Tanaman padi terpaksa dibiarkan puso karena air sulit didapat. Sebagian yang terpaksa merogoh kocek 15.000 per-jam untuk menyewa mesin pompa pun akhirnya menyerah akibat tak sebandingnya antara biaya dengan hasil. Untuk menyiram petak sawah seluas 50 ubin paling tidak dibutuhkan waktu 10 jam penyiraman dan karena paling tidak harus dilakukan 2 kali penyiraman sampai bisa panen. Disamping mahal, sekarang sudah susah mendapat sumber air, kecuali sawah yang dekat dengan Luk Ulo.

Di daerah “atas” seperti Watucagak, Pranji, Curug dan Silampeng, air telah menjadi barang yang sangat berharga. Sebagai langkah penghematan air, mereka rela jika hanya mandi sekali sehari.

Disamping kebutuhan air, kebutuhan pakan ternak juga menjadi problem rutin jika kemarau. Masyarakat Peniron yang sebagian besar mempunyai ternak harus mencari rumput sampai selatan Kebumen yang berjarak lebih dari sepuluh kilometer. Bahkan demi memenuhi pakan ternak, petani harus mengeluarkan uang ratusan ribu untuk membeli jerami jika sawah-sawah didaerah yang irigasi teknisnya baik mulai panen.

Problem di atas memang tidak hanya terjadi di Peniron, bahkan mungkin ada daerah yang lebih sulit. Tetapi kalau dibiarkan terus menerus, haruskan semua daerah akan menjadi daerah rawan air?

Setiap tahun, pemerintah memang intens membangun sarana air bersih di daerah kering untuk mengurangi krisis air bersih. Tahun inipun Peniron akan dibangun sarana Air bersih melalui program PAMSIMAS. Tetapi sejak disosialisasikan 3 bulan yang lalu, program ini belum terealisasi karena terlalu bertele-telenya mekanisme program ini melalui para fasilitator dan LSM pendamping program. Mungkin program ini akan diluncurkan menunggu puncak kemarau dan akan terisi pada saat hujan. Begitulah, idealisme dan tujuan baik kadang bisa menjadi buruk kala tak menyesuaikan dengan realita.

Lantas, apakah program pembangunan sarana air bersih adalah solusi mengatasi kekeringan? Dalam jangka pendek mungkin iya, tetapi apalah artinya sarana air bersih jika tak ada lagi sumber air?
Maka, mengembalikan sumber-sumber air dengan merehabilitasi rusaknya lingkungan adalah jalan yang harus dilakukan.

Hijaukan Daerah Aliran Sungai, ganti hutan dengan tanaman yang menyimpan air, hijaukan bumi tanpa ada penebangan dan kampanyekan secara terus menerus untuk menyadarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Jika ini serius dilakukan, mungkin bumi akan bersahabat dan sumber air akan menghidupi kita kembali.

Selama ini, belum ada pemimpin yang concern mengenai masalah bumi sebagai program kerja. Keserakahan telah membuat lupa, bahwa kita punya tugas sebagai khalifah menjaga bumi. Penyelamatan bumi baru menjadi ladang pekerjaan para aktifis lingkungan hidup sehingga dibutuhkan kerja ekstra keras karena kita terlanjur busuk dalam memperlakukan bumi ini.. Dan, jangan menjadikan fenomena pemanasan global sebagai penyebab, karena sebenarnya kitalah biang keladinya.

………….Krisis BBM, Krisis Listrik, Krisis Ekonomi, Krisis Moral, Krisis Air, dan entah apalagi….. Ah pusing amat, yang penting mari jaga bumi demi kita dan anak cucu kita!

14 Juli 2008

AWASI PENGGUNAAN ADD

Tahun ini Peniron mendapat dana ADD sebesar 133.270.924,-. Dana yang cukup besar jika digunakan dengan sebaik-baiknya. Dari dulu sejak masih dinamai Bandes, dana bantuan ini bagaikan dana tiban. Bahkan meninabobokan desa yang akhirnya malas menggali potensi dana dari desanya sendiri. Kalaupun digali, pemanfaatan dan pertanggungjawabannya pun ruwet bagai benang kusut.


Mengenai dana ADD (Alokasi Dana Desa) bagai dana-dana yang lain, tidak pernah ada laporan penggunaan yang transparan dan akuntabel, terutama untuk dana yanng dialokasikan untuk non fisik. LPJ hanya sekedar memenuhi legal formal dari desa ke kecamatan, tetapi tertutup untuk konsumsi publik karena pasti penuh rekayasa. Bahkan jika masyarakat membutuhkan informasi, pihak-pihak terkait hanya bermain petak umpet dan lempar batu sembunyi tangan.
Begitu mudahkah masyarakat dibodohi dengan sandiwara? Sebenarnya tidak. Hanya sikap toleranlah yang membuat ketidakpuasan masyarakat hanya disimpan dan menjadi sekedar pembicaraan ketika “ngendong”, nongkrong dan kalau siskamling masih ada pasti juga digardu-gardu ronda.



Masyarakat punya hak untuk mengawasi penggunaan dana itu, karenanya tabel perencanaan ADD tahun ini dibawah mungkin bisa jadi acuan untuk kita mengawasi bersama-sama. Sikap kritis kita bukan berarti tak loyal, justru loyal tanpa sikap kritis hanya akan melahirkan “persekongkolan”.



Berikut ploting dana ADD desa Peniron 2008 berdasarkan musyawarah tanggal 26 Juni 2008:













Betonisasi jalan Kadus Klapasawit

:



60.000.000,-









Kegiatan PKK Desa???

:



9.000.000,-









Perbaikan lapangan desa

:



17.000.000,-









ATK dan operasional Pemdes??

:



13.681.277,5









ATK dan opersional LKMD

:



6.000.000,-









ATK dan opersional BPD

:



6.000.000,-









Uang tali asih anggota LINMAS

:



5.000.000,-









Uang tali asih Ketua RT dan RW

:



8.700.000,-









Bantuan untuk TK PGRI??

:



1.000.000,-









Bantuan sewa wales pengaspalan jalan Curug - Silampeng

:



2.000.000,-









Biaya pembuatan patokisasi tanah desa

:



2.889.647,5









Kaderisasi pemuda

:



2.000.000,-











Itulah rencana penggunaan ADD tahun ini. Jika terlihat asal-asalan, memang ADD dan keuangan desa tidak pernah terencana dengan baik dan matang.



Dan itulah tugas kita untuk memperbaikinya kedepan. Mohon tanggapan dan masukan dari rekan-rekan untuk perbaikannya.

13 Juli 2008

STONER RAJAI SACHSENRING

Ditengah lintasan yang basah karena hujan, Stoner kembali menunjukkan keperkasaannya pada seri MotoGP Sachsenring, Jerman minggu sore tadi. Memulai start dari pole position di depan Dani Pedrosa, Stoner mengakhiri balapan menjadi finish tercepat.
Saat start, Dani Pedrosa yang menempati pole position kedua langsung memimpin didepan Stoner, bahkan sudah membuat jarak yang waktu lebih dari 6 detik hingga kecelakaan menghentikannya di lap 5.

Disamping Pedrosa, Jorge Lorenzo, rekan Valentino “the doctor” Rossi di tim Fiat Yamaha yang menggunakan ban Michelin bahkan sudah terjatuh dilap 3. Lintasan basah sepertinya menjadi mimpi buruk bagi pengguna ban Michelin, dan ini membuktikan bahwa ketangguhan Bridgstone belum sanggup ditandingi Michelin sepenuhnya.

Sementara Valentino Rossi yang start diurutan 7 harus puas menjadi juara ke 2. Rossi juga membuktikan, bahwa pilihan menggunakan ban Bridgstone yang selama ini dianggap sikap kekanakan, adalah pilihan yang tepat.
Hasil fenomenal justru dipertunjukkan Chris Vermeulen yang mengendarai Suzuki. Memulai start dari urutan ke 17, dia mampu menyodok dan finis ketiga. Ini juga menunjukkan hebatnya Vermeulen jika bertanding dilintasan basah, dan ini sudah dibuktikannya pada seri MotoGP tahun lalu.

Dengan hasil ini klasemen sementara MotoGP kembali direbut Rossi dengan nilai 187 , menggeser Dani Pedrosa dengan selisih 16 poin. Sementara juara dunia tahun lalu Casey Stoner menempel ketat ditempat ketiga dengan nilai 167.

Seri MotoGP tahun ini memang menyajikan persaingan yang sangat ketat. Disamping ketiga pembalap pemimpin 3 besar klasemen sementara, peluang juga masih dimiliki rokkie Jorge Lorenzo. Sayang, selepas cidera pada seri keempat, dia masih belum menemukan performa terbaik seperti yang ditunjukkannya pada seri-seri awal.

Masih banyak sisa seri MotoGP tahun ini, dan itu masih memungkinkan kita mendapat kejutan-kejutan. Sebagai penggemar the Doctor, saya memang mengharapkan Rossi tetap konsisten dan akhirnya menjadi juara kembali setelah 2 tahun berturut-turut gagal.
Kesempatan memang sangat terbuka, tetapi pada akhirnya pembalap bermental juara, berpenampilan paling konsisten serta motor dan tim terbaiklah yang kelak menjadi kampiunnya.

Kita tunggu seri MotoGP selanjutnya. Anda dukung siapa????

PAGUYUBAN MBANGUN DESO

Paguyuban Mbangun Deso adalah paguyuban yang beranggotakan warga Peniron. Paguyuban ini didirikan pada bulan Juli tahun 2007 setelah Pilkades. Berdirinya paguyuban ini memang tidak bisa dilepaskan dari pendukung salah satu calon Kepala Desa terpilih yang akhirnya sepakat menjaga kebersamaan pada saat Pilkades menjadi sebuah perkumpulan yang lebih terarah. Maka dipilihlah sebuah bentuk organasasi yang dinamai Paguyuban Mbangun Deso.

Meskipun didirikan oleh bekas pendukung salah satu calon Kades dan pada awalnya kental bernuansa politis, tetapi paguyuban Mbangun Deso bukanlah perkumpulan yang ekslusif dan tujuannya justru agar Peniron bisa bersatu tanpa ada sekat akibat masalah politik.
Paguyuban Mbangun Deso bersifat terbuka bagi seluruh masyarakat khususnya desa Peniron yang mempunyai kepedulian untuk kamajuan desanya. Harapannya adalah, dipunyainya rasa cinta, sosial dan peduli terhadap desa.

Tujuan dibentuknya paguyuban antara lain:
  1. Sebagai media silaturahmi dan komunikasi antar masyarakat sehingga pada akhirnya paguyuban dapat menjadi salah satu alat pemersatu masyarakat desa.
  2. Sebagai sarana penyampaian aspirasi sekaligus perencanaan program pemerintah desa, sekaligus sarana bagi masyarakat khususnya anggota untuk berlatih berorganisasi dan menguatkan kepedulian terhadap desanya.
  3. Sebagai pengawal sekaligus alat kontrol di luar lembaga desa bagi program-program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah desa.

Anggota aktif paguyuban saat ini berjumlah 85 orang yang berasal dari 8 dusun di Peniron. Kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah melakukan pertemuan rutin disertai arisan yang dilaksanakan sebulan sekali. Tempat pertemuan diundi setiap bulan dan dilakukan bergilir dari dusun ke dusun.
Pada setiap pertemuan, disamping arisan dan penggalian gagasan dari masing-masing dusun juga diadakan dialog dengan lembaga-lembaga desa, utamanya Pemerintah Desa.
Dalam setiap pertemuan, Kepala Desa yang selalu hadir juga menyampaikan progress dari program-program yang tengah dijalankan maupun kesulitan-kesulitannya. Dengan sessi ini, anggota paguyuban bebas memberikan tanggapan, usulan maupun kritik sehingga diharapkan program yang sedang dijalankan bisa sesuai tujuannya.

Paguyuban juga telah membentuk koperasi yang dinamai sama dengan paguyuban yaitu “Koperasi Mbangun Deso” dan saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan status berbadan hukum di Departemen Koperasi. Tetapi sampai saat ini, perjalanan koperasi memang belum berjalan sesuai harapan karena terkendala dengan kesibukan pengurusnya. Memang ada beberapa kegiatan yang sudah berjalan diantaanya adalah penyediaan sarana produksi pertanian berupa pupuk. Kedepan, mudah-mudahan koperasi bisa mewujudkan tujuannya yaitu menyejahterakan anggotanya melalui usaha-usaha yang sudah diprogramkan.

Bagi Anda, mungkin mempunyai saran dan kritik demi tercapainya tujuan paguyuban ini? Atau bahkan bisa membantu karena Anda mempunyai pengalaman yang dapat ditularkan kepada kami? Kami tunggu dengan senang hati….

10 Juli 2008

KERUSAKAN LINGKUNGAN KARENA GALIAN “KUWEH” SUDAH SANGAT MENGKUATIRKAN

Kebumen terkenal sebagai daerah sentra genteng. Bahkan sebagai ciri khasnya, bangunan atap komplek Setda pun didesain menyerupai ”tobong” tempat pembakaran genteng. Sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu, Peniron merupakan pemasok bahan baku utama yaitu tanah, yang lazim disebut ”kuweh”. Puluhan kubik tanah diangkut setiap harinya dengan truk dan dijual kepada pabrik genteng di Kedawung, Sruweng dan sekitarnya. Setelah puluhan tahun, kini penggalian sudah mencapai hampir 400 meter dari jalan raya dengan luas lebih dari 250.000 m2.

Bukan rahasia lagi kalau galian golongan C hanya semata-mata mencari profit, tetapi amat merusak lingkungan. Jika tak percaya, silahkan Anda lihat langsung di lokasi galian di area sawah Kebokuning Peniron. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktifitas galian liar itu sudah sangat amat parah!

Penyebab dari rusaknya lingkungan lebih disebabkan cara penggalian yang ngawur, seperti kedalaman galian yang tidak sama serta tidak mempertimbangkan kepentingan pembuangan air sawah. Sudah begitu cara pengambilannya tidak diikuti reklamasi yang baik pada saat selesai digali. Jadilah sawah yang dulunya subur menjadi sawah tadah hujan dengan sekali panen setiap tahun karena sebagian menjadi kolam air serta sebagian lagi menjadi bukit kecil. Rusak parah, kata yang tepat untuk menggambarkan kondisinya.

Sudah begitu, harga yang dipatok juragan kuweh (istilah untuk pihak yang menggali tanah dan menjualnya ke pabrik genteng) juga sangat murah. Bayangkan, untuk setiap 28 m3 tanah yang bisa untuk membuat ribuan genteng hanya dihargai 125 ribu rupiah! Disamping itu, kedalaman galian yang sesuai perjanjian 2 meter dalam prakteknya bahkan mencapai lebih dari 3 meter. Bahkan 1 ubin sawah yang digunakan untuk jalan masuk truk pengangkut tanah hanya dibayar 125 ribu pertahun!

Penggalian yang sudah berlangsung hampir sepuluh tahun ini memang tak terkendali. Hubungan simbiosis mutualisme yang terjadi pada awalnya, pada akhirnya hanya menjadikan juragan kuweh kaya raya, tetapi menyisakan kerugian yang luar biasa pada alam dan tentu pada petani sendiri.
Sekarang H. Ngarsis sang juragan, bahkan telah menjadi raja tanah di Peniron dan dengan caranya telah menguasai tambang tanah dengan monopolinya.

Entah pihak mana yang harus disalahkan dan harus bertanggung jawab dalam hal ini. Juragan gentengkah, penggalikah, penjualkah, atau pemerintahkah? Atau mereka sebenarnya bersalah semua?

Berdasarkan penelusuran, semua pihak ternyata punya andil dalam membuat kerusakan. Juragan yang rakus dan licik dalam memanfaatkan ”ketidakberdayaan ekonomi” petani, petani yang karena ketidakberdayaannya tak tahan dengan iming2 uang, serta oknum pemerintah desa yang saya yakin sejak lama sudah membuat kongkalingkong dengan juragan.

Sekarang, ketika kondisinya sudah begitu parah, memang menjadi pekerjaan yang berat untuk mengatasinya. Sebagian dari sawah-sawah yang belum digali ternyata sudah dijual oleh pemiliknya untuk digali dan pekerja galian adalah masyarakat juga. Memang menjadi sangat dilematis dan memerlukan keberanian ekstra ketika kita harus menegakkan aturan tetapi berbenturan dengan hak masyarakat dan hajat hidupnya.

Tetapi pada akhirnya, semua terjadi karena memang belum ada aturan berbentuk Peraturan Desa yang mengatur penambangan galian tanah. Kalaupun konon dulu pernah dibuat Perdes oleh BPD sebelumnya, kenyataannya tidak diimplementasikan dilapangan karena penggalian tanah tetap berlangsung liar dari dulu. keberadaan Perdes itu mungkin hanya menjadi arsip BPD lama.

Biarpun terlambat, sebuah kerugian besar jika masalah ini tidak segera kita cari solusinya.

07 Juli 2008

PENGOBATAN MASSAL IMM STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

Bertempat di balai desa Peniron, hari Senin ini dilakukan pengobatan massal gratis. Rangkaian kegiatan yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat DIII Keperawatan Stikes Muhammadiyah Gombong bekerja dengan RSU PKU Muhammadiyah Gombong ini dilakukan selama 2 hari sejak Minggu dan didahului kemarin sore berupa Penyuluhan Kesehatan yang diikuti masyarakat, utamanya ibu-ibu anggota PKK.

Menurut Ketua Panitia, Immawan Akhmad Soim, acara penyuluhan dan pengobatan massal gratis ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang sehat serta menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
Dengan dimulai dari keluarga serta pengetahuan dan kesadaran yang cukup dari ibunya, maka diharapkan akan tercipta masyarakat yang sehat.

Sekitar 50 orang Panitia sejak Minggu sudah berada di Peniron dan malamnya menginap di bale desa dan sebagian di rumah Bpk Darman (Mba Yanti di dekat MI). (bagi bujang-bujang kampung, lumayan bisa cuci mata lho.. mbak-mbaknya cantik-cantik!) Target peserta adalah 300 orang sesuai dengan kupon yang dibagi, tetapi tidak menutup kemungkinan akan bertambah karena panitia juga menerima peserta/masyarakat yang tidak mendapat kupon.

Yang sangat disayangkan, kami menangkap ada koordinasi dari Pemerintah Desa yang kami lihat masih sangat kurang sebagai tuan rumah terhadap tamunya. Apalagi terhadap tamu bertujuan sosial seperti ini. Misalnya, sosialisasi kegiatan ini kepada masyarakat sehingga pada acara penyuluhan tidak dihadiri banyak ibu sesuai target. Demikian pula dengan kupon pengobatan yang distribusinya diserahkan perangkat desa, ternyata sampai hari Minggu masih banyak yang belum dibagi. Hal ini tentu amat disayangkan dan mengecewakan kita.

Toh begitu, sosialisasi dari mulut ke mulut membuat pengobatan gratis dibanjiri masyarakat . Tercatat lebih dari 400 orang memanfaatkan pengobatan gratis yang dalam hal sarana dan pelayanannya memang tak kalah dengan di RSU. Bahkan saking banyaknya, Panitia akhirnya membatasi pendaftaran sampai jam 12 siang dari rencana semula jam 1. Kebetulan juga, hari Senin adalah hari pasaran Peniron sehingga masyarakat memanfaatkan pengobatan gratis sekalian berbelanja ke pasar.

Akhirnya, kami mewakili masyarakat mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada STIKES dan PKU Muhammadiyah Gombong utamanya kepada Mas Soim dan “pasukannya” yang tanpa lelah bekerja demi suksesnya acara dan demi menyehatkan masyarakat.
Juga kepada Mba Yanti (anake Pak Darman, bekas pacar saya--hehe) selaku “tuan rumah” bagi teman-temannya sesama Panitia dan telah menuntun mereka untuk berdarma bhakti di Peniron.

Juga permintaan maaf jika banyak kekurangan kami sebagai tuan rumah. Semoga tidak kapok dan akan ada lagi kegiatan sejenis maupun kegiatan lain di sini.

03 Juli 2008

DESAKU "MLEBU" INTERNET

Tulisan khas dari: Muhsinun di Jepang dengan sedikiiiit editing oleh Admin

Hari ini dan sekarang juga, cobalah anda masukan kata PENIRON atau DESA PENIRON ke dalam kotak ajaibnya mbah gugel. Pejamkan mata lalu hentakkan kaki kanan anda ke bumi sebanyak tiga kali maka dalam sekejap mata akan tampil berbagai macam informasi tentang desa terpencil di bawah kaki gunung Brujul (www.penironku.co.cc). ruar biasa bukan? he.he..

Keadaannya tentu akan lain apabila anda melakukannya 2-3 tahun yang lalu, karena kita akan kesulitan untuk memperoleh informasi ini. Kalaupun ada itu hanyalah sekilas inpo dari potongan berita-berita yang ada di media online.

Dan yang lebih membanggakan lagi, untuk desa Peniron dan desa-desa sekitarnya kini juga telah memiliki "kontrakan" di jagat maya ini. (www.komunitas-benkek.co.cc)

Walaupun statusnya masih numpang yang berarti sewaktu-waktu bisa di "usir" oleh pemiliknya, namun bagaimanapun ini merupakan sebuah prestasi yang patut di banggakan. pokoke sip golesipp..


Dengan adanya "kontrakan" ini maka banyak informasi tentang kampung kita yang bisa kita dapatkan dengan secepat mungkin. Ini tentu sangat berarti bagi kita terutama yang berada di rantau yang setiap saat merindukan kehangatan kampung halaman yang tak bisa kita dapatkan dari tempat lain.

Dan dari sini juga bisa menemukan kembali "anak-anak hilang" (minjem basane pak suhar) yang terpisah jarak dan waktu di seluruh belahan dada eh, dunia maksude..

Di samping itu "kontrakan" ini juga merupakan langkah maju warga Peniron dan sekitarnya untuk menyongsong masa depan yang serba online jarene jaman siki nek ora online ora gawul he.he..

Sekali lagi ini sebuah prestasi yang patut kita apresiasi, kita dukung dan kita jaga bersama agar "kontrakan" ini terus bisa kita tempati dan tetap "hidup". Karena bagaimanapun memelihara sebuah website utawa blog seperti ini membutuhkan ketekunan, kesabaran, kemampuan, biaya, waktu dan sebagainya yang tentunya akan terlalu berat apabila hanya di tanggung oleh satu dua orang, dan karena ini merupakan milik kita bersama.

Dan kita juga harus yakin suatu saat nanti kita akan punya "rumah" sendiri yang lebih layak sehingga desa kita benar-benar "mlebu" internet. tulin iya mbok?

02 Juli 2008

HARTA KARUN DI PERUT LUK ULO

Luk Ulo adalah sungai terbesar di Kebumen. Selain ”membelah” Kebumen menjadi dua wilayah dengan kultur sedikit berbeda, Luk Ulo juga menjadi tambang penghidupan bagi sebagian warga sekitarnya sebagai penambang pasir, batu hias, tukang perahu dll.

Hasil di atas bagi kita sudah biasa, yang luar biasa adalah ternyata di perut Luk Ulo juga menyimpan harta karun yang tak diketahui banyak orang.

Penemuan harta karun tersebut berawal pada tahun 2005.
Konon, ada seorang tua dari Kasepuhan yang berencana membangun masjid dan pondok pesantren di daerah segitiga emas Majalengka. Pembangunan masjid dan pondok tersebut adalah untuk pendalaman dan penguatan agama Islam yang benar-benar sesuai dengan syari’at Islam. Untuk membangunnya, beliau tidak mau menerima sumbangan dari siapapun tetapi dengan swadaya murni dari anggota-anggota kelompoknya.

Dari ”penginderaan jarak jauh -sang Eyang-” maka diketahui ada banyak harta karun di dasar Luk Ulo yang bisa gali untuk membangun masjid tersebut. Maka, dimulailah proses pencarian harta karun dengan cara bermujahadah di lokasi yang ditengarai terdapat harta karun itu.

Kelompok pemburu harta karun adalah anak buah dari si Eyang (demikian mereka menyebut beliau) yang berasal dari berbagai daerah seperti Purworejo, Yogyakarta, Purwodari, Jakarta bahkan dari Madura. Dalam penggalian yang memakan waktu lama, mereka yang menginap mendirikan rumah tenda di lokasi.

Setelah dilakukan penggalian, memang benar terdapat banyak kayu didalamnya, dan ternyata itulah harta karun yang dimaksud. Diperkirakan, umur kayu itu sudah ratusan tahun terpendam.

Walaupun hanya berupa kayu, proses penggalian dan pengambilan tidak semudah yang kita bayangkan. Diperlukan kerja keras karena kayu yang diperkirakan sudah terpendam itu sudah sangat keras. Disamping itu, pengambilan selalu disertai dengan mujahadah demi keselamatannya.

Penggalian pertama sedalam 3 meter pada tahun 2005 hanya mampu diangkat 1 pohon dengan volume setelah digergaji sekitar 7 M3. Pada penggalian kedua pada bulan Mei tahun 2008, diangkat sekitar 25 pohon dengan volume sekitar 13 M3. Diameter rata-rata sekitar 60 cm. Saat ini, sudah 3 truk kayu yang diangkut ke Majalengka.

CERITA MISTIS DIBALIK PENGAMBILAN KAYU

Banyak cerita mistis yang muncul dari proses pengambilan kayu-kayu tersebut. Percaya dan tidak adalah hak Anda, tetapi itulah yang terjadi dengan sebenar-benarnya dan sudah banyak yang membuktikan.

Sebelum penggalian, dilakukan beberapa kali mujahadah yang diikuti murid-murid si Eyang dan juga sebagian masyarakat Peniron. Ketika muncul kayu yang pertama, ada yang memotong ranting dan dibawa pulang. Setelah itu, si pembawa tadi langsung jatuh sakit dan bermimpi aneh, dan setelah ranting itu dikembalikan, anak itu langsung sembuh.

Selain mujahadah, setiap pemotongan dan penggalian juga selalu disertai doa-doa khusus. Jika tidak, maka akan terjadi kesulitan seperti mesin potong rusak, kayu susah diangkat dan lain-lain.

Disamping itu, banyak yang bermimpi didatangi makhluk aneh semacam gendruwo atau jin yang konon sebagai penunggu kayu-kayu tersebut.
Yang lebih aneh tapi benar-benar nyata, ditemukan sebilah keris dari kayu yang habis digali tersebut.

Itu sebagian cerita dibalik pengambilan harta karun tersebut. Adalah hak anda untuk tidak mempercayainya, atau lebih baiknya bertanya langsung pada sumber yang terlibat langsung.

Lepas dari itu, penemuan kayu-kayu yang bernilai ratusan juta tersebut adalah fenomena tersendiri di bumi Peniron. Perut Luk Ulo ternyata menyimpan harta tak terduga.

Memang aneh, kenapa dari dulu tidak ada yang mengetahui kalau di bantaran kali itu banyak timbunan kayu-kayu?

Apakah kayu-kayu itu kayu biasa yang terpendam karena proses alamiah? Berapa tahunkah proses itu? ataukah memang hanya bisa diteropong melalui cara metafisika?

Maka, jika dihubungkan dengan dekatnya wilayah Peniron dari Museum Geologi Karangsambung, mungkin penemuan kayu-kayu yang sudah seperti fosil ini pantas diteliti secara ilmiah. Dan masyarakat juga mendapatkan ilmu baru tentang logika dan geologi.

Narasumber : Triyono Adi, Kepala Desa Peniron.