31 Juli 2008

ACARA AGUSTUSAN

Sebentar lagi, bangsa Indonesia akan berusia 63 tahun. Kalau untuk kita, usia 63 sudah pasti akan disebut kakek, nenek, mbah atau yang tidak berani kawin dijuluki bujang tua atau bahkan sudah mati dan tinggal nama.

Peringatan HUT RI, oleh lidah Peniron dulu disebut Prayakan, mungkin karena menyebut kata perayaan susah bagi lidah orang-orang tua kami. Sekarang, untuk menyebut Perayaan HUT RI 17 Agustus, orang-orang termasuk kami memakai istilah dengan menyebutnya Agustusan.

Agustusan di Peniron selalu diperingati dengan bermacam acara. Entah mereka paham dengan makna merdeka atau tidak, bahkan apakah mereka sudah benar-benar merdeka atau belum, sepertinya tidak pernah terlintas dalam pikiran. Yang penting, Agustusan adalah sebuah tradisi nasional yang harus diperingati semeriah mungkin sesuai kemampuannya. Agustusan sepertin dimanfaatkan betul oleh masyarakat untuk melepaskan beban hidup karena semakin tingginya biaya konsumsi.

Peringatan Agustusan di Peniron tahun ini, nyaris sama seperti tahun-tahun yang lalu yaitu olah raga dan seni. Hanya acara karnaval yang ditiadakan karena sesuai kesepakatan masyarakat hanya diadakan 2 tahun sekali demi efisiensi biaya. Sedangkan kegiatan olah raga bulutangkis, tenis meja, sepak takraw dan tarik tambang mungkin tidak diadakan tahun ini.

Acara Agustusan yang sudah sangat mentradisi dan sudah menjadi acara wajib adalah turnamen sepak bola antar klub tingkat Kadus, dikuti oleh 8 klub yang merupakan klub anggota Turangga Sakti bahkan sudah berjalan sejak tanggal 24 Juli lewat format setengah kompetisi. Untuk final akan dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus sore.

Kegiatan olah raga lain adalah kasti yang finalnya dijadwalkan pada tanggal 13 Agustus dan volley ball yang finalnya dijadwalkan pada tanggal 9 Agustus. Setelah upacara bendera, seperti biasa akan dilangsungkan pawai dan dilanjutkan dengan atraksi seni kuda lumping dan dangsak (seni cepetan khas Peniron dan sekitarnya). Malam harinya dilangsungkan pentas seni di halaman SDN 2 yang merupakan puncak sekaligus acara penutup Agustusan tingkat desa.

Tahun ini, seluruh kegiatan olah raga dipusatkan di lapangan desa Peniron, padahal tahun sebelumnya kegiatan seperti volley, takraw dan badminton dipencar pada lapangan Kadus. Mudah-mudahan langkah ini didasari karena semangat persatuan, bukan karena efek dari suasana kompetisi.

****

Berbicara semangat kompetisi, acara Agustusan di Peniron memang selalu penuh nuansa persaingan antar Kadus. Efek positifnya, Kadus memang terpacu untuk kompetitif, tetapi efek negatifnya, semangat kebersamaan yang harusnya melandasi kegiatan Agustusan seolah luntur. Ironisnya bahkan tak jarang acara Agustusan diwarnai perilaku negatif bahkan perkelahian akibat acara Agustusan disikapi berlebihan sebagai kompetisi untuk ”prestise” Kadus.

Acara Agustusan di Peniron memang monoton dari tahun ke tahun. Tak pernah ada yang berubah dan selalu sama bahkan ketika nahkoda kegiatan dipegang oleh orang yang berbeda sekalipun. Tak pernah ada yang segar, bahkan olah raga kasti yang dulu bisa sebagai “obat tetes mata” karena diikuti ibu-ibu dan mbak-mbak” sekarang tak lagi menarik untuk ditonton. Penyebabnya adalah, pemain kasti sudah digantikan oleh anak-anak usia SD dan SMP. Penyebabnya adalah, ibu-ibu malu jika kalah karena acara agustusan adalah olah raga prestasi, bukan lagi hiburan.

Padahal, masyarakat sebenarnya menanti acara yang segar karena ada sentuhan inovasi. Disini, tak ada pihak yang disalahkan karena setiap penentuan kegiatan selalu dimulai dengan musyawarah. Tetapi untuk ke depan, tak ada salahnya jika pihak-pihak terkait mulai merancang inovasi baru dalam kegiatan peringatan HUT RI demi dinamisasi Peniron dan penghuninya.

Tak kalah pentingnya adalah, perlunya diupayakan untuk membangun kembali rasa persatuan pada masyarakat yang kadang malah tercabik-cabik oleh acara Agutusan itu. Mudah-mudahan, semangat persatuan dan kegotongroyongan bukan hanya menjadi materi orasi, tetapi bisa diimplementasikan dalam praktek dan kehidupan nyata. Dan sebagai bagian dari Peniron, kita punya tugas yang sama agar tidak hanya tercipta persatuan yang semu...

17 komentar:

  1. Ayo kita rayakan HUT RI yang ke - 63 dengan semangat baru di desa tercinta kita...

    BalasHapus
  2. Info hari ini: pada pertandingan penyisihan ke 3 tadi sore antara PS Putra Manunggal (Watucagak) vs PS PALAK (Persatuan Anak Lanang Klapasawit) berakhir 1-0 sehingga PS PUMA melaju ke semifinal.
    Tetapi terjadi kecelakaan yg mengakibatkan pemain PUMA patah kaki dan seorang luka. Sebenarnya pertandingan berlangsung biasa, tetapi kadang pemain memang mengabaikan faktor keamanan sehingga lupa/sengaja tidak memakai dekker pengaman kaki.
    Saat ini korban yang bernama Slamet sedang dalam penanganan ahli tulang (sangkal putung) di Kebumen.
    Mengenai pembiayaan, konon ditanggung Panitia (Karang Taruna) bersama desa.
    demikian Info sekilas info.

    BalasHapus
  3. dipetik dari info hari ini yang ditulis oleh pak suhar tentang sepak bola :

    pak suhar monanya ko main sepakbolanya nyampe ada yang kakinya patah, ceritanya gimana tuc pak?

    BalasHapus
  4. @kang ahmad, Jane masalahe karena ybs jare ora anggo deker Kang. Dadi begitu benturan balunge ra kuat.
    Ya kue, kadang pancen pelindung keamanan pada diremehkan. Soale pancen ribet. Nek lapangan karo maine jane ra ana masalah.
    Hasil rontgen mau esuk positif patah tulang.

    BalasHapus
  5. wah

    dadi kangen suasana desa

    tapi watulawang agustusan siki sepi banget..

    ora ana cah enom e... anane wong tua2 karo cah cilik2an..

    melasi..

    BalasHapus
  6. saya sendiri sebenarnya sangat sebal ketika melihat acara agustusan monoton dan itu-itu saja.yang tak lebih hanya asara seremonial yang di ulang-ulang tiap tahun.
    seharusnya ada satu 'ISU' yang di usung sebagai tema agustusan.di mana tema itu adalah cita-cita yang ingin di capai pada peringatan agustusan itu sendiri yang bisa saja merupakan rangkaian dari jalan menuju peniron yang lebih baik.

    tapi kayaknya semuanya masih pada loyo,,

    BalasHapus
  7. Betul kang Sinun, cm bentuk konkretnya apa ya? Kmrn lewat BPD digagas dialog segi3 sbg semacam penjajagan.
    Toh hasilnya jauh dr yg diharapkan. Salah satu kendalanya adalah (menurut saya) kurangnya visi serta lemahnya komitmen membangun Peniron dlm tatanan yg lbh baik.
    Jika Anda ingin lebih bijak dan objectiv, saatnya Anda menjadi bagian dari 'decision maker' itu. Bukan dari tribun penonton.
    Dg itu, Anda bahkan akan lebih tau, jalan membawa Peniron yg lebih baik t'nyata mbrundet2.
    Tetap semangat!

    BalasHapus
  8. seharusnya acr 17an itu bs lebih meriah, kalo saja setiap event d kelompokkan.jadi ga gabung antara yg junior sama senior,klo kya gini carany a kpn peniron bs maju kalo orang-orangnya itu-itu terus,yang juara jg itu-itu terus.libatkan kaum perempuan dgn acr pertandingan yg lebih byk lg, ga cm kasti tp permainan yg bisa membuat acr 17an ini semakin meriah

    BalasHapus
  9. ia emang kalo ngomong itu gampang, tapi untuk melaksanakanya itu susah, salahsatu kendalanya adalah dana, tau sendiri masyarakat peniron penghasilannya mung2an, kalo ditarik buat agustusan itu aga susah, iaya kalo dikota kita bisa narik dana dari perusahaan2 tau dari pengusaha, kalo dipeniron sendiri dananya cuma mengadalkan iuran masyarakat.

    BalasHapus
  10. Pancen baner Kang Amad. usule Kang Maman jane ya apik, ideal. Tapi nek ndeleng kasunyatan nang ndesa, kendala nggo mencapai kondisi ideal akeh kendalane.
    Untunge bae esih ana sing gelem ngurusi, kaya Yahya, Wardi, Wawan, Wahid. ora mung ngomong2 tok. Walaopun langka, tapi alhamdulillah tukulan sing peduli ya ana bae.
    Duit pancen ya dadi kendala. tapi lewih berat ya kendala kanca mikir karo kanca nyambut gawene kayane. Aja pada maido lah, direwangi ben pada ora patah semangat.
    Ngerti mbok, ngurusi kaya kue ora bayaran. Olihe kesel karo nombok, tapi marem nek desa mandan keton ana greget.
    Mangga lah, urun rembug ben kepriwe akeh sing gelem peduli. Nek ora bisa ngewangi ngurusi, paling ora aweh dalan keluar. Paling ora, berusaha memahami masalahe..
    Ayo budayakan Anti NaTO (Not Action Talk Only).. Bantu adik2 kita sing lagi mulai sregep.

    BalasHapus
  11. ah,tampaknya banyak yang kebakaran jenggot dengan kritikan saya.oke,kapan kita ketemu duduk bareng ini no hp saya 087837766066,saya tunggu 24 jam..

    dan tuk mas suhar..
    program konkritnya sebenarnya bisa kita mulai dari hal2 yang kecil pak,sejak saya masih merantau saya ada ide dalam peringatan 17 agustus misalnya kita angkat tema "PENIRON BERSIH" salah satu kegiatanya sebagai contoh adalah lomba kebersihan antar kadus saya yakin masyarakat sangat antusias dan dari segi biaya pun irit.sayang saya agak terlambat mudiknya sehingga belum sempat saya tawarkan..

    BalasHapus
  12. Jane si kayane ora pada panas lah. Jenenge diskusi ya pancen nggatukaken argumen sing beda2. He
    Program Peniron bersih t'msk lomba kebersihan wis sue tek wacanakan kr kanca2 Pak. Pernah tek lontarkan tp tanggapan pamong krg setuju.
    Bahkan wingi aku usul ana gerakan kerja bakti massal n jare wis ditindaklanjuti nang Lurahe tp hasile sgt tdk signifikan. Soale ming asal mlaku. bisane mlaku nek kabeh sekomitmen.
    Dan dlm kondisi budaya paternal, keteladanan adalah faktor plg efektif utk menggerakkannya.
    Kayane kaya kue mbok. Hehe

    BalasHapus
  13. kang jaman aku nang kedungwaru nek lebaran esik ana bal balan ora nang lapangan..

    BalasHapus
  14. esih kang Luciano tapine agutsusan kiye ana sing sikile tugel.
    wis lapangane ya elek, bal-balane ya esih seneng pada adu gares.
    mbok menawane ngesuk lebaran lapangane wis mandan maen, jare garep didandani si.
    nek lebaran mesti ana bal-balan Kang.
    Kang Bagus ya cokan di bon nang Peniron koh..

    BalasHapus
  15. Huzzz..priwe kuwe kang deneng ana sing sikile tugel..?apa anu ora anggo pelindung sikil ndean apa priwe ya?

    BalasHapus

- Urun rembug
- Nerusna dopokan
Saran: untuk lebih mempercepat, silahkan langsung pilih profil Anda pada pilihan Nama/URL dengan menuliskan Nama dan URL Anda.