07 Mei 2008

SEJARAH PENIRON

Menyebut sejarah, adalah mengungkap sebuah fakta masa lampau. Jadi, masa lampau bisa dikatakan sebagai sejarah jika disertai bukti sejarah. Jika tidak, maka masa lampau itu baru berupa sebuah cerita sejarah yang mungkin hanya fakta sejarah lesan yang turun temurun.
Begitupun dengan sejarah Peniron, kendati kami dan masyarakat Peniron meyakini sejarah Peniron adalah sebuah fakta, tetapi karena tanpa dilengkapi sebuah peninggalan sejarah yang bisa membuktikan cerita sejarah Peniron, maka kami tak akan memaksa siapapun untuk mempercayainya seperti yang kami yakini.

Kondisi ini saya yakin tidak hanya terjadi di desa Peniron, tetapi mungkin hampir setiap desa menyimpan sejarah masing-masing. Mempunyai cerita turun-temurun tentang sejarah desanya, walaupun kurang didukung oleh bukti-bukti peninggalan sejarah dan tak terdokumentasi dengan baik sebagai dokumen sejarah. Sebagian dari kita memang tak terlalu peduli dengan sejarah.


Sebagian dari kita bahkan menganggap dengan mengagungkan sejarah, kita hanya membuai diri dengan cerita heroik masa lalu dan akan melenakan kita akan keharusan membangun dan mempersiapkan masa depan. Karena pemikiran di atas itulah, kita sekarang menjadi bangsa yang tak punya jati diri, menjadi bangsa yang labil dan mudah dipermainkan perubahan jaman.

Maka, jika kita ingin menjadi bangsa yang besar mari kita belajar pada sejarah. Dengan sejarah kita menjadi mengenal siapa kita, menjadi tahu dan belajar/minimal bisa membayangkan bagaimana perjuangan generasi sebelum kita.

Peniron masa lampau adalah sebuah belantara dilembah Luk Ulo. Konon yang membuka hutan dan menjadikan daerah pemukiman adalah seorang ulama/kesatria bernama Eyang Rohmanudin alias Mbah Kuwu. Sampai akhir hayatnya Eyang Rohmanudin tidak mempunyai keturunan dan jasadnya dimakamkan di Pemakaman Istana Gede, di dukuh Krajan Peniron.

Menyebut sejarah, cerita Peniron tak lepas dari sejarah berdirinya kota Kebumen/Kebumian/Kabumian.
Pada saat Ki Bumi, seorang Senopati dari Mataram membuka desa di lembah Luk Ulo sehingga dinamakan Ki-Bumi-an atau Ke-Bumi-an atau sekarang menjadi Kebumen, seorang pengikutnya yaitu Ki Bodroyudo/Eyang Bodroyudo tinggal di Peniron.

Disamping beliau, sejarah Peniron juga mencatat pejuang-pejuang yang lain seperti Eyang Kuntiri, Eyang Ragil, Eyang Nayawedana sang penakluk jin dan membuka hutan menjadi daerah Kebokuning, Eyang Drapaita alias Mbah Pancur yang menancapkan keris dan keluar air sehingga daerah Kalipancur terdapat mata air yang tak pernah kering, dimakamkam di Istana Gede. (foto disamping adalah petilasan Eyang Nayawedana)

Pejuang Peniron lainnya adalah Eyang Canakrom dan Eyang Guna Wijaya, seorang empu yang selalu mandi menggunakan api, dan masih banyak lagi.
Masih banyak lagi tokoh-tokoh dalam sejarah Peniron, tetapi yang mengherankan beberapa sumber sejarah tidak mau bercerita secara detail bahkan menutup diri untk membuka cerita tokoh-tokoh yang konon memang sengaja dirahasiakan.
Entahlah, mungkin justru dengan adanya rahasia dari tokoh-tokoh di Peniron itulah yang akhirnya menjadikan Peniron punya ciri khas cerita sejarah tersendiri.

Dari sisi pemerintahan, Peniron pertama kali dipimpin oleh Ki Udadiwangsa, konon beliau memimpin Peniron jauh sebelum tahun 1900an. Makam beliau ada di Istana Gede.

Pemimpin Peniron yang kedua adalah Ki Ranareja, yang di sebut-sebut sebagai Demang pertama. Salah satu tokoh nasional yang merupakan garis keturunan dari beliau adalah Edi Nalapraya, seorang jendral yang dulu pernah memimpin IPSI.

Pemimpin ketiga adalah Eyang Tirtawijaya, dimakamkan di pemakaman Bulugantung.

Pemimpin keempat adalah Eyang Ketiwijaya/Kusen dimakamkan di Bulugantung.

Pemimpin kelima adalah Samikarya. Masa pemerintahannya adalah sesudah kemerdekaan Indonesia (1945). Pada masa itu, Peniron adalah daerah Gelondongan, yaitu sebuah Desa koordinator bagi desa-desa sekitarnya, sehingga Kepala Desa waktu itu lebih dikenal sebagai Gelondong. Karena masa itu tidak ada batasan masa jabatan, dia baru berhenti menjadi Kepala Desa pada tahun 1984. Beliau dimakam di Istana Gede.

Pemimpin Peniron yang keenam adalah H. Nursodik yang memimpin Peniron selama 16 tahun, dari tahun 1986 – 2002. Beliau dimakam di Pemakaman Umum Karang Cengis.

Pemimpin ketujuh adalah Triyono Adi, yang memimpin Peniron sebagai Kepala Desa sejak tahun 2002 sampai sekarang.

Demikian sekilas tentang cerita sejarah Peniron. Sebagai tulisan rintisan, yang masih memerlukan banyak penyempurnaan, maka siapapun masih sangat mungkin untnuk menambah cerita sejarah ini, tentu didukung serta diakui oleh warga Peniron sebagai fakta sejarah Peniron. Dengan demikian, akhirnya akan menambah khasanah sejarah Peniron.

Mudah-mudahan walaupun belum lengkap, sejarah tentang Peniron akan menjadikan warga Peniron dan siapapun keturunan orang Peniron lebih mempunyai jatidiri dan mejadi generasi tangguh memperjuangkan masa depan. Dan harapannya lagi, muncul kebanggaan dan kepedulian meneruskan cita-cita pendahulu, yang telah berjuang pada jamannya demi kita dan anak cucu kita.

Sekian..

9 komentar:

  1. wah,aku merinding har baca tulisan ini..
    "sejarah peniron" sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya.
    tapi di antara tokoh2 desa peniron yang di sebutkan ada satu yang sangat akrab di telingaku yaitu mbah pancur..

    BalasHapus
  2. He..he..kue be anu ngolah sms seka Lurahe Nun. Niate ngesuk ngalor golet data sing lbh komplit.

    BalasHapus
  3. hehehe. piye kabare wong jepang, ojo lali oleh2e

    BalasHapus
  4. hehehe. piye kabare wong jepang, ojo lali oleh2e

    BalasHapus
  5. Nuwun sewu, melu ngimbuhi

    Mas Suhar, critane sampeyan wis bagus, nyong tek melu crita sending mengenai mbah Naya Wedana.

    mbah Naya Wedana kuwe termasuk buyute Mbah Agung Kajoran, utawa putrane Mbah Kedung Pane ( Naya Diwangsa ). Critane, mbah naya wedana gemien - gemiene manggone anng bulu gantung, petilasane nang mburine mbah Marya.
    Minurut dongeng sekang wong tuwa, Mbah Naya wedana kuwe pancen sing nebus daerah bokuning, sing maune gawat lan wingite keliwat -liwat.
    Mbah Nayawedana nduwe putra 3, Ny. Ribut, Mbah Mertanaya, Mbah Astraguna ( watupecah ).
    Mbah Mertanaya kuwe sing maring watulawang, lan nurunna darah biru nang watulawang.
    Mbah Astraguna ( mbah Watupecah ) manggone nang watupecah (petilasan. menurut Critane mbah Astraguna kuwe dadi empu, nek gawe keris wesi aji mung di urut/ di pijet, be bisa dadi keris, lan nduwe ameng² rupane Macan Putih lan macan ireng(blewus ). Mbah Astraguna nduwe putra 3 saking garwo sepisan ( Kr, Jambe ), salah sawijine ya kuwe mbah Gunawijaya sing nurun na sil silah daerah watupecah, lan peniron secara umum. ana maning putrane sing jere nakal ( maling ) critane nek nyolong sapi ora tau kewenangan, soale sungune bisa di bentuk utawa di bengkong na, tapi suwe2 di penjara.
    Kesayangane mbah Astraguna ( macan 2 kuwe mau ) sampe sekarang jarene esih gelem ngeton nang daerah petilasane lan sekitar watupecah.
    bahkan turunane mbah Astraguna sering njaluk tulung maring kasektiane. nang watupecah salah siji turunane jenenge mbah Jawikarta, ya termasuk esih kaki ku, wonge wis tuwa, repot, tapi panca indra esih landep, mung ora bisa mayeng -mayeng adoh. Mbah Jawikarta kuwe mau juga sering di jaluki tulung nek ana wong duwe hajat, sambate jere ya maring mbah Watupecah. menurut mbah Jawikarta, kewan loro mau sering ngetutna maring lakune, kadang kadang nek agi di preantah wong, cokan niliki.
    nek pengin critane luwih kumplit, teka bae maring watupecah, nemoni mbah Jawikarta.

    kedawan, yahh, :D.,,, matur suwun

    BalasHapus
  6. Matur nuwun infone Kang Gareng. Bangga aku ana generasi muda sing sangat peduli kaya sampeyan.

    Tulisanku pancen tembe rintisan. AKu juga wis entuk data terbaru mengenai Eyang Naya Wedana tapi durung sempat tek posting karena drg diolah.

    kebetulan wingi juga entuk silsilah komplit wektu peresmian makam Mbah Agung nang Kajoran.

    foto nang nduwur kue petilasan Eyang Nayawedana sing nang Peniron juga wis tembe rampung dipugar. Wektu peresmian juga dicritakna, cuma sayang e durung didokumentasi dengan baik dalam bentuk hard copy.

    Sebagai trah Naya wedana, keluargane Sampeyan juga aktif dalam pembangunan petilasan.
    (fotone juga tembe tek aplot)

    Nek due crita lewih umplit, tlg kirim meng imelku ya Kang..
    Matur nuwun.

    BalasHapus
  7. Sebelumnya aku ucapkan selamat atas berdirinya blog "PENIRONKU" and aku ucapkan juga pada mas Suhar, Memed yang telah membuat blog ini, semoga sukses Penironku, maaf dengan keterlambatan info ini, mhn maklum karena aku baru buka. Aku sangat bangga dengan PenironKu, apalagi Penironlah tempat aku dilahirkan dan aku dibesarkan. Walaupun hanya sebuah desa tapi mempunyai kebanggaan bagi masyarakat Peniron. Memang sih kata orang bijak PENIRON mempunyai arti tersendiri(Jerene nek wis pen ya gari tiron).
    Ya ngonoh ra apa???? nek pada mampu/bisa yang penting dengan catatan jangan Offer ya mbok Pak.......?? Mungkin lebih dari itu Peniron sendiri punya sejarah yang sangat luas& panjang. Saya sendiri belum bisa Commen karena saya belum begitu memahami, mungkin yg lebih tau Pak Lurah (Triono Adi). Sebagai masyarakat peniron harus bangga disisi lain Peniron mempunyai kelebihan diantaranya Tradisi, seniman2 itu asli terlahir dari masyarakat Peniron Jam Janeng (Tri Sejati) atas nama desa Peniron di bawah pimpinan alm Pak Amir Yusuf.
    Diera 70an jam janeng Tri sejati telah membawa nama baik desa Peniron bahkan sampai terkenal ditingkat Kabupaten. maka dari itu saya sangat bangga dengan masyarakat Peniron , semua itu patut kita acungi jempol. Marilah kita bangun Peniron dengan kebersamaan yang tentunya harus didukung oleh generasi muda kita(pintar dan otak yang cerdas), seperti sekarang ini. Maju terus Penironku.......

    BalasHapus
  8. Matur nuwun Chitee..

    Blog apa adanya ini aku bikin juga krn kecintaanku pada Peniron.

    Mudah2an bs menjadi sarana mempererat silaturahmi dan mangkin memupuk rasa cinta pada desa tercinta.

    Aja isin dadi wong ndesa sing penting aja dadi wong ndesa sing ngisin2i. Hehe..
    Salam nggo kabeh bae..

    BalasHapus
  9. Postingane sangat bermanfaat. aku tembe ngerti nek sing nang foto kuburane Eyang Nayawedana. Padahal ndisit pas aku esih cilik sering jagongan nang kuburan kuwe.

    BalasHapus

- Urun rembug
- Nerusna dopokan
Saran: untuk lebih mempercepat, silahkan langsung pilih profil Anda pada pilihan Nama/URL dengan menuliskan Nama dan URL Anda.