Tampilkan postingan dengan label TENTANG PENIRON. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TENTANG PENIRON. Tampilkan semua postingan

22 Februari 2009

Menjadi Jaka Tingkir di Kali Luk Ulo

Kesaktian Jaka Tingkir, seorang muda dari Pengging yang akhirnya menjadi raja Pajang berjuluk Sultan Hadiwijaya sudah begitu melegenda. Seorang sakti sekaligus ambisius hingga mengantarnya menjadikan Pajang, yang dahulunya hanya kadipaten dibawah kekuasaan kesultanan Demak mampu berbalik dan menjadi kerajaan besar hingga sampai ke daerah Madura.

Cerita kesaktian Jaka Tingkir salah satunya adalah ketika dia mampu menaklukan kawanan buaya putih tatkala menyeberang sungai Bengawan Solo dengan rakitnya. Dengan kesaktiannya, kawanan buaya itu bahkan menjadi abdi dengan mendorong rakitnya menyusuri sungai Bengawan Solo.

Cerita Jaka Tingkir itulah yang saya ingat ketika tadi pagi menyeberang Kali Luk Ulo menggunakan rakit di dukuh Klapasawit, Peniron. Saya sengaja menggunakan rakit karena dengan menyeberang sungai Luk Ulo, waktu tempuh saya ke rumah di Kebumen menjadi lebih cepat. Disamping sedikit lebih dekat, kondisi jalan wetan kali mulai desa Kedungwaru sampai Gemeksekti juga relatif lebih baik dari jalan di kulon kali. Ya, dari dulu kondisinya selalu begitu, daerah kulon kali tak pernah lebih baik dalam hal prasarana umum.


Rakit yang dalam bahasa Peniron disebut "getek", memang menjadi sarana alternatif bagi penduduk Peniron dan sekitarnya untuk memperpendek waktu dan jarak tempuh. Maklum, setelah jembatan Tembono di Kebumen, baru ada jembatan gantung di desa Wonotirto di utara Karangsambung, yang jaraknya sekitar 10 km dari Peniron hampir sama jaraknya dengan jembatan Tembono. Bayangkan jika harus memutar melalui kesalah satu jembatan itu. Karena tak ada alternatif jembatan lain, maka rakit ini menjadi penting. Paling tidak mulai dari Peniron sampai Kebakalan, ada 4 lokasi penyeberangan menggunakan jasa rakit, yaitu di Klapasawit Peniron, 2 di desa Karangreja, dan 1 didesa Kebakalan.

Di Klapasawit Peniron, dahulu jasa penyeberangan selalu dikelola oleh perorangan. Karena sehari dapat menghasilkan minimal 80 ribu, maka usaha jasa penyeberangan dengan rakit ini lumayan menjanjikan bagi pengelola. Sekarang, usaha jasa penyeberangan di Klapasawit Peniron dilakukan bersama-sama oleh masyarakat. Hasil dari jasa rakit itu setelah dipotong untuk operasional dimasukkan untuk kepentingan musholla Baitul Muttaqien. Pengelola juga tidak menentukan tarif untuk jasa ini. Seikhlasnya, bahkan tidak memberipun tak bakalan ditagih.

Nah, bagi Anda yang ingin menikmati petualangan Jaka Tingkir, datanglah ke Peniron dan cobalah berakit-rakit. Berakit-rakitlah dahulu, mbayar belakangan. Tidak hanya orang, motorpun isa ikut naik asal tidak lebih dari 5. Disamping berat, tempatnya juga tidak cukup. Jika ingin sedikit seru, datanglah ketika air sungai sedang tinggi sehabis banjir, dijamin pasti dag dig dug karena kita tidak bekali peralatan keamanan apapun. Datanglah ketika musim hujan. Jika kemarau rakit ini tidak beroperasi karena kali Luk Ulo kering.

18 Januari 2009

MERDI BUMI

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Muharam atau bulan Sura/Suro, di Peniron selalu diadakan selamatan desa. Di Peniron, selamatan desa setiap bulan Suro ini disebut Merdi Bumi atau Merti Desa.

Semenjak kepemimpinan Kades Triyono Adi, acara selamatan desa selalu diadakan 2 hari. Hari pertama/malam pertama diisi acara pengajian, sedangkan hari kedua diisi pagelaran wayang kulit. Hal ini bertujuan untuk menghormati budaya masyarakat Peniron yang beragam, terutama mengakomodir dua kelompok berpaham Kejawen dan Santri.

Yang perlu diketahui, acara selamatan desa di Peniron dibagi menjadi 2 kategori yaitu Merdi Bumi dan Ruwat Bumi. Merdi Bumi diadakan setiap tahun, dan pada setiap 3 tahun dinamakan ruwat bumi. Merdi Bumi dan Ruwat Bumi disamping berbeda pemaknaan juga dalam hal tata caranya, walaupun acara masih sama pengajian dan wayangan.

Merdi Bumi adalah sebuah selamatan desa sebagai bentuk syukur dan permohonan agar desa menjadi desa yang gemah ripah loh jinawi kerta titi tentrem kerta raharja. Dalam pengajian dan wayangan, diadakan seperti biasa tak ada ritual dan lakon khusus.

Ruwat Bumi diadakan sebagai ritual untuk meruwat bumi atau membersihkan bumi dan isinya dari hal/aura jahat. Dengan demikian, maka setelah diruwat, bumi dan penghuninya terhindar dari malapetaka. Pada ruwat bumi dihari pertama konon Kyai yang akan mengisi acara pengajianpun berdoa khusus untuk membersihkan dan memagari Peniron dari hal-hal buruk. Sedangkan pada acara wayangan, pagelaran wayang adalah khusus untuk ruwat, yaitu dengan tidak menggunakan kelir, menggunakan blencong/lampu minyak. Lakon dan dalangnyapun khusus untuk acara ruwatan dan dilakukan pada pagelaran siang hari.

Yang paling ditunggu, selesai dalang melakukan ritual ruwat seluruh sesaji dan sarana ritual berupa tumpengan, hasil bumi dan lain-lain akan menjadi rebutan warga. Sebagian memang masih mempercayai bahwa sesaji dan sesranan lain yang telah diberi doa-doa itu akan mendatangkan berkah. Begitulah kepercayaan........

Tahun ini, Peniron hanya mengadakan Merdi Bumi karena ruwat bumi sudah diadakan tahun lalu. Acara diadakan hari Jumat - Sabtu, 16-17 Januari 2009 bertempat di balai desa. Hari pertama adalah acara pengajian yang diadakan malam Sabtu dengan diisi pengajian oleh Kyai Sardi dari Lirap, Petanahan. Disamping pengajian, malam itu juga diisi hiburan seni janeng sampai pagi pimpinan Bpk Irfangi dari Krajan.


Hari kedua adalah pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Wartun Gati Wicara dari desa Watulawang. Disamping menampilkan dalang muda yang cukup mumpuni, wayangan malam tadi juga menampilkan sinden yang lumayan cantik sehingga wayangan tadi malam dihadiri banyak penonton.

Disamping dihadiri masyarakat, Muspika dan Kades tetangga, pagelaran wayangan juga dimanfaatkan oleh para caleg dengan hadir untuk bersosialisasi. Sebagian caleg itu bahkan menjadi donatur dengan sumbangan uang yang lumayan banyak. Untungnya, tidak ada hal-hal yang berbau kampanye pada malam itu, kecuali sebagian permohonan lagu dari penonton yang mengatasnamakan simpatisan parpol.

05 Oktober 2008

TAKBIR KELILING

Memeriahkan malam 1 Syawal 1429 H, sekaligus sebagai rasa syukur karena sebulan penuh dapat melalui bulan suci ramadhan, dilakukan takbir keliling dengan pawai obor keliling. Disamping pawai obor juga disertakan musik-musik kentongan dari masing-masing mushola, serta seni permainan api khas Peniron yaitu Abid.

Acara yang diikuti oleh mushola-mushola se Peniron dan digagas oleh Panitia Ramadhan dan Idul Fitri 1429 H IPNU-IPPNU Ranting desa Peniron menempuh rute Masjid Baiturrahim-Masjid Klapasawit-Masjid Baiturrahim-Masjid Perkutukan. Tahun ini, pawai obor terasa jauh lebih meriah dari tahun sebelumnya karena diikuti lebih dari 750an remaja IPNU-IPPNU yang berasal dari 30an mushola-mushola se Peniron, kecuali mushola dari Kadus Bak yang tidak berpartisipasi.


Disamping dikuti lebih banyak peserta, penampilan peserta takbir keliling tahun ini juga sedikit beda dari tahun sebelumnya yang terasa lebih kaku. Jika pada takbir keliling terdahulu kontingen hanya cenderung berkreasi pada bentuk obor, tahun ini ada beberapa kontingen yang berkreasi pada seragam serta musik untuk mengiringi gema takbir.
Seperti penampilan kontingen dari Ikatan Remaja Musholla-musholla Krajan (IRMAK) yang tampil sangat atraktif dengan paduan seragam t-shirt komunitas dengan musik dan takbir. Bahkan terkadang mereka tidak hanya melantunkan takbir, tetapi menyanyikan lagu pop. Atau tampilan dari remaja musholla-musholla Watucagak dengan seragam hitam putihnya.

Menurut Ketua Panitia, Muhsinun (28 th), untuk meningkatkan animo peserta disamping sosialisasi kepada masing-masing mushola dan perubahan format yang sedikit “gaul” khas remaja, Panitia juga melakukan penilaian pada masing-masing kontingen. Penobatan kontingen terbaik versi Panitia akan dilakukan pada acara Halal Bi Halal IPNU-IPPNU pada Jum’at malam Sabtu dan mendapat kenang-kenangan dari Panitia.

Thanks to Muhsinun dkk yang telah memberi hiburan pada kami.

Dan, walaupun tulisan ini terlambat diposting, mudah-mudahan Anda mau menanggapinya dengan masukan dan saran karena akan dapat menyempurnakan kegiatan ini tahun depan. InsyaAlloh.

02 Oktober 2008

HALAL BI HALAL KELUARGA BESAR PENIRON SE-JABODETABEK

Paguyuban Warga Peniron cabang Jabodetabek akan mengadakan Halal Bi Halal 1429 H pada :

Hari : Minggu, 19 Oktober 2008.
Tempat : Taman Mini Indonesia Indah.

Barangkali ada teman-teman yang belum tahu atau tidak mendapat undangan karena keterbatasan Panitia, maka pengumuman ini sekaligus sebagai undangan resmi.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi nomer telpon di bawah ini:

Syakur : (021-8447517)
Mbah Nyono : (021-88354073)
Syario : (021-8819750
Bani : (021-98229597
Amad : (081283887193
Wasan : (08179878134)
Syairin : (021-8470574)
Sarwin : (081381908332)
Sunar : (021-5853202)
Samijan : (081511486393)
Kandar : (08128369773)

Informasi ini sebenarnya sudah diumumkan langsung pada sebelum sholat Id dimasjid Baiturrahim. Kebetulan saya juga mendapat copi undangan langsung dari Kang Kendar, teman saya saat SD dan sekarang sebagai Ketua Panitia Halal Bi Halal.

Halal Bi Halal Keluarga Peniron se-Jabodetabek di TMII sebenarnya sudah diadakan sebanyak 6 kali, tetapi karena keterbatasan Panitia, barangkali tidak semua teman dari Peniron mendapat informasi.

Maka melalui website ini, kami mohon bantuan agar teman-teman untuk menghubungi teman lain secara berantai dan tidak segan-segan menghubungi nomor-nomor di atas.

Kepada teman-teman Peniron di Jabodetabek kami ucapkan terima kasih atas kerja keras dan komitmennya dalam upaya memajukan desa tercinta.

17 September 2008

PANEN MBAKO

Petani tembakau, termasuk salah satu pihak yang diuntungkan saat ini. Pasalnya fatwa haram untuk rokok yang kemarin diwacanakan banyak pihak ternyata belum jadi dikeluarkan MUI. Bahkan walaupun tidak mewakili institusi MUI, salah seorang anggota MUI bahkan menyatakan tidak akan mengeluarkan fatwa haram.

Sebelumnya, wacana pengharaman rokok memang sempat membuat petani cemas karena jelas akan berdampak pada turunnya harga jual tembakau mereka. Demikian juga dengan Peniron sebagai salah satu desa yang mempunyai lahan kebun tembakau cukup luas di Kebumen utara. Secara pasti, luas lahan kebun tembakau tahun ini tidak diketahui, tetapi diperkirakan lebih dari 20 hektar.


Di Peniron, sentra tembakau ada diwilayah barat (Dusun Bulugantung dan Perkutukan). Wilayah lain walaupun ada tetapi lahan tanamnya tidak terlalu luas.
Saat ini, hampir seluruh tanaman tembakau sudah dipetik (di rampas dalam istilah Peniron). Baik yang dipetik petani sendiri maupun dipetik oleh juragan karena dibeli dilahan. Tahun ini, petani tembakau sangat terkendala pada sulitnya air yang digunakan untuk penyiraman. Bahkan karena kendala itu, sebagian petani terpaksa menjual/memanen tembakaunya sebelum masa panen.

Berkebun tembakau menjadi pilihan petani karena tembakau lebih menghasilkan keuntungan yang lumayan dibanding menanam tanaman lain disaat kemarau. Dalam waktu 4 bulan, tanaman seluas 200 ubin konon dapat menghasilkan 4-5 juta jika dibeli langsung tengkulak dilahan. Jika diolah sendiri, keuntungannya tentu akan makin tinggi.
Saat ini, harga per kilo basah dihargai sampai Rp. 12ribu dan tembakau kering per ikat (eler dalam istilah Peniron) dihargai sampai 25ribu.

Di Peniron karena banyaknya petani tembakau juga banyak bermunculan juragan tembakau, yang sebenarnya bertindak sebagai tengkulak. Yang unik bin lucu, mereka tidak membayar cash kepada petani. Harga 2 juta yang disepakati bahkan bisa baru lunas setelah 3-4 tahun karena pembayarannya dicicil semau juragan. Kondisi ini terjadi, disamping faktor modal, wawasan petani juga sangat terbatas karena tidak pernah ada penyuluhan dari PPL dan tak adanya paguyuban petani yang lebih memungkinkan membuat naik posisi tawar dengan tengkulak.

Pengolahan tembakau dilakukan dengan cara tradisional. Tembakau yang dipanen dibawa pulang dengan keranjang dari anyaman daun kelapa (bedodot dlm istilah Peniron), di tempat pengolahan, daun tembakau dirajang dengan pisau rajang khusus (gobed), kemudian hasil rajangan tersebut ditata tipis dalam anyaman bambu (rigen) untuk dijemur. Setelah melalui proses pembalikan, tembakau kering dikemas untuk disimpan atau dipasarkan. 1 ikat (eler) saat ini dihargai sekitar 25ribu.

Pengolahan di tempat juragan tembakau dapat melibatkan puluhan orang. Bahkan di Tempat Pengolahan Tembakau (TPT) Bapak Mustareja, dusun Perkutukan bisa mempekerjakan hingga 40-50 orang. Biasanya pekerja dibagi dalam 3 bagian, yaitu laki-laki dibagian perajangan dan penjemuran serta perempuan dibagian pengeleran. Upah untuk bagian perajangan dan penjemuran berkisar 10ribu sampai 15ribu, sedangkan perempuan dibagian pengeleran berkisar 7ribu sampai 10ribu. Upah pekerja memang cukup murah karena waktu kerjanya pun tidak sampai 5jam sehari, kecuali bagian penjemuran yang standby dari pagi sampai sore hari.

Pemasaran tembakau Peniron, disamping daerah Kebumen, Petanahan dan Gombong juga sampai Cilacap.

Berkebun tembakau memang menjanjikan keuntungan yang lebih baik, tetapi bermacam kendala belum mampu dihindari petani. Keterbatasan modal, faktor alam, organisasi dan akses pemasaran menjadi problem yang terus terulang dan tak mampu diurai setiap musim. Semoga ke depan ada perhatian dari pihak terkait maupun simpatisan lain untuk mengangkat petani dari ketidakberdayaan.

22 Agustus 2008

DANGSAK, KESENIAN KHAS DARI GUNUNG

Dangsak "In Action"

Nama Dangsak barangkali hanya dikenal oleh masyarakat Peniron dan sekitarnya. Sebagai sebutan untuk seni tradisional yang memang langka, Dangsak memang tidak populer walaupun didaerah Peniron dan Watulawang seni ini cukup digemari.

Seni Dangsak hanya ada di Peniron dan Watulawang. Di daerah lain seperti Karanggayam, seni ini mungkin ada walaupun dengan sebutan lain. Di daerah Watulawang, daerah muasal seni Dangsak, seni ini lebih sering disebut “Cepet Rolas” (Topeng 12). Populasi seni ini juga tidak menyebar luas, sehingga seni ini bisa dibilang sebuah seni tradisional yang khas dan langka.

sebagai seni hiburan, dangsak jarang dimainkan sebagai hiburan hajatan layaknya wayang kulit, janeng, lengger, kuda lumping dan yang lainnya. Dangsak lebih sering dimainkan karena ditanggap oleh komunitas, paguyuban seperti pada acara peringatan HUT RI, halal-bihalal lebaran atau acara khusus lainnya.

Dangsak saat mengikuti karnaval HUT RIke 63 di Kebumen

Kelompok seni Dangsak di Peniron hanya ada 1 grup, yaitu di Dusun Perkutukan yang berdiri pada tahun 1992. Sebelum itu, dangsak adalah seni khas dari dusun Kebayeman di desa Watulawang yang sudah ada berpuluh-puluh tahun lamanya.

Lantas apa yang khas dari seni Dangsak?

Yang pertama, Dangsak tidak ada didaerah lain di Kebumen. Disamping Peniron dan Watulawang, kemungkinan besar hanya ada didaerah Karanggayam yang secara kultur memang sama dengan Watulawang dan sebagian Peniron.

Kedua: topeng raksasa dan kostum penarinya. Topeng raksasa dengan kombinasi kostum penari yang serba hitam menjadikan seni ini membuat takut sebagian orang terutama anak-anak.

Yang ketiga adalah seni tarinya. Sebuah kelompok tarian yang terdiri dari 8-12 penari pria. Tarian dangsak sebagian hampir mirip dengan tari kuda lumping, tetapi lebih kental unsur “liar”nya. Termasuk cara “trance” atau kesurupan dalam seni dangsak juga mirip kuda lumping, hanya “ugal-ugalan”. Konon tari dangsak atau cepet rolas memang menceritakan dan menggambarkan perilaku raksasa dari hutan.

Yang keempat adalah alat musiknya. Dulu, dangsak hanya bermodal 2 buah kentongan dan sebuah kaleng bekas sebagai alat musik, terutama jika sedang melakukan pawai. Tetapi untuk tarian, dangsak menggunakan perangkat gamelan mini.

Dangsak memang khas, sayang seni ini sepertinya tidak terkelola dengan baik dan profesional. Hal ini terlihat dari kostum dan asesoris penari yang kurang menunjukkan tampilan dengan sentuhan seni.
Demikian pula dalam hal gerakan penari yang perlu keterpaduan gerakan maupun koreografi.

Saya sendiri kurang bahkan tidak mengerti tentang seni, tetapi jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin dangsak bisa lebih populer. Dari bincang-bincang dengan Kang Memed selaku dedengkot Dangsak, upaya kearah itu sudah mulai dilakukan. Disamping sepatu model “Jaka Sembung”, konon model topeng raksasa juga akan diperbaharui. Bahkan, koreografer akan didatangkan jika sudah ketemu dengan orang yang mampu dan mau dibayar murah. hehe

Tidak hanya kita, pemerintahpun sebenarnya punya kewajiban untuk menjaga warisan budaya ini agar tidak hilang dan hanya menjadi cerita. Tetapi selama ini kita tidak tahu apa kerja dari dua dinas berbeda yang membidangi seni dan kebudayaan itu.

Ataukah budaya kita harus dilacurkan dulu ke negara tetangga agar mendapat perhatian karena efek dari kebakaran jenggot?
Jangan!

31 Juli 2008

ACARA AGUSTUSAN

Sebentar lagi, bangsa Indonesia akan berusia 63 tahun. Kalau untuk kita, usia 63 sudah pasti akan disebut kakek, nenek, mbah atau yang tidak berani kawin dijuluki bujang tua atau bahkan sudah mati dan tinggal nama.

Peringatan HUT RI, oleh lidah Peniron dulu disebut Prayakan, mungkin karena menyebut kata perayaan susah bagi lidah orang-orang tua kami. Sekarang, untuk menyebut Perayaan HUT RI 17 Agustus, orang-orang termasuk kami memakai istilah dengan menyebutnya Agustusan.

Agustusan di Peniron selalu diperingati dengan bermacam acara. Entah mereka paham dengan makna merdeka atau tidak, bahkan apakah mereka sudah benar-benar merdeka atau belum, sepertinya tidak pernah terlintas dalam pikiran. Yang penting, Agustusan adalah sebuah tradisi nasional yang harus diperingati semeriah mungkin sesuai kemampuannya. Agustusan sepertin dimanfaatkan betul oleh masyarakat untuk melepaskan beban hidup karena semakin tingginya biaya konsumsi.

Peringatan Agustusan di Peniron tahun ini, nyaris sama seperti tahun-tahun yang lalu yaitu olah raga dan seni. Hanya acara karnaval yang ditiadakan karena sesuai kesepakatan masyarakat hanya diadakan 2 tahun sekali demi efisiensi biaya. Sedangkan kegiatan olah raga bulutangkis, tenis meja, sepak takraw dan tarik tambang mungkin tidak diadakan tahun ini.

Acara Agustusan yang sudah sangat mentradisi dan sudah menjadi acara wajib adalah turnamen sepak bola antar klub tingkat Kadus, dikuti oleh 8 klub yang merupakan klub anggota Turangga Sakti bahkan sudah berjalan sejak tanggal 24 Juli lewat format setengah kompetisi. Untuk final akan dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus sore.

Kegiatan olah raga lain adalah kasti yang finalnya dijadwalkan pada tanggal 13 Agustus dan volley ball yang finalnya dijadwalkan pada tanggal 9 Agustus. Setelah upacara bendera, seperti biasa akan dilangsungkan pawai dan dilanjutkan dengan atraksi seni kuda lumping dan dangsak (seni cepetan khas Peniron dan sekitarnya). Malam harinya dilangsungkan pentas seni di halaman SDN 2 yang merupakan puncak sekaligus acara penutup Agustusan tingkat desa.

Tahun ini, seluruh kegiatan olah raga dipusatkan di lapangan desa Peniron, padahal tahun sebelumnya kegiatan seperti volley, takraw dan badminton dipencar pada lapangan Kadus. Mudah-mudahan langkah ini didasari karena semangat persatuan, bukan karena efek dari suasana kompetisi.

****

Berbicara semangat kompetisi, acara Agustusan di Peniron memang selalu penuh nuansa persaingan antar Kadus. Efek positifnya, Kadus memang terpacu untuk kompetitif, tetapi efek negatifnya, semangat kebersamaan yang harusnya melandasi kegiatan Agustusan seolah luntur. Ironisnya bahkan tak jarang acara Agustusan diwarnai perilaku negatif bahkan perkelahian akibat acara Agustusan disikapi berlebihan sebagai kompetisi untuk ”prestise” Kadus.

Acara Agustusan di Peniron memang monoton dari tahun ke tahun. Tak pernah ada yang berubah dan selalu sama bahkan ketika nahkoda kegiatan dipegang oleh orang yang berbeda sekalipun. Tak pernah ada yang segar, bahkan olah raga kasti yang dulu bisa sebagai “obat tetes mata” karena diikuti ibu-ibu dan mbak-mbak” sekarang tak lagi menarik untuk ditonton. Penyebabnya adalah, pemain kasti sudah digantikan oleh anak-anak usia SD dan SMP. Penyebabnya adalah, ibu-ibu malu jika kalah karena acara agustusan adalah olah raga prestasi, bukan lagi hiburan.

Padahal, masyarakat sebenarnya menanti acara yang segar karena ada sentuhan inovasi. Disini, tak ada pihak yang disalahkan karena setiap penentuan kegiatan selalu dimulai dengan musyawarah. Tetapi untuk ke depan, tak ada salahnya jika pihak-pihak terkait mulai merancang inovasi baru dalam kegiatan peringatan HUT RI demi dinamisasi Peniron dan penghuninya.

Tak kalah pentingnya adalah, perlunya diupayakan untuk membangun kembali rasa persatuan pada masyarakat yang kadang malah tercabik-cabik oleh acara Agutusan itu. Mudah-mudahan, semangat persatuan dan kegotongroyongan bukan hanya menjadi materi orasi, tetapi bisa diimplementasikan dalam praktek dan kehidupan nyata. Dan sebagai bagian dari Peniron, kita punya tugas yang sama agar tidak hanya tercipta persatuan yang semu...

13 Juli 2008

PAGUYUBAN MBANGUN DESO

Paguyuban Mbangun Deso adalah paguyuban yang beranggotakan warga Peniron. Paguyuban ini didirikan pada bulan Juli tahun 2007 setelah Pilkades. Berdirinya paguyuban ini memang tidak bisa dilepaskan dari pendukung salah satu calon Kepala Desa terpilih yang akhirnya sepakat menjaga kebersamaan pada saat Pilkades menjadi sebuah perkumpulan yang lebih terarah. Maka dipilihlah sebuah bentuk organasasi yang dinamai Paguyuban Mbangun Deso.

Meskipun didirikan oleh bekas pendukung salah satu calon Kades dan pada awalnya kental bernuansa politis, tetapi paguyuban Mbangun Deso bukanlah perkumpulan yang ekslusif dan tujuannya justru agar Peniron bisa bersatu tanpa ada sekat akibat masalah politik.
Paguyuban Mbangun Deso bersifat terbuka bagi seluruh masyarakat khususnya desa Peniron yang mempunyai kepedulian untuk kamajuan desanya. Harapannya adalah, dipunyainya rasa cinta, sosial dan peduli terhadap desa.

Tujuan dibentuknya paguyuban antara lain:
  1. Sebagai media silaturahmi dan komunikasi antar masyarakat sehingga pada akhirnya paguyuban dapat menjadi salah satu alat pemersatu masyarakat desa.
  2. Sebagai sarana penyampaian aspirasi sekaligus perencanaan program pemerintah desa, sekaligus sarana bagi masyarakat khususnya anggota untuk berlatih berorganisasi dan menguatkan kepedulian terhadap desanya.
  3. Sebagai pengawal sekaligus alat kontrol di luar lembaga desa bagi program-program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah desa.

Anggota aktif paguyuban saat ini berjumlah 85 orang yang berasal dari 8 dusun di Peniron. Kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah melakukan pertemuan rutin disertai arisan yang dilaksanakan sebulan sekali. Tempat pertemuan diundi setiap bulan dan dilakukan bergilir dari dusun ke dusun.
Pada setiap pertemuan, disamping arisan dan penggalian gagasan dari masing-masing dusun juga diadakan dialog dengan lembaga-lembaga desa, utamanya Pemerintah Desa.
Dalam setiap pertemuan, Kepala Desa yang selalu hadir juga menyampaikan progress dari program-program yang tengah dijalankan maupun kesulitan-kesulitannya. Dengan sessi ini, anggota paguyuban bebas memberikan tanggapan, usulan maupun kritik sehingga diharapkan program yang sedang dijalankan bisa sesuai tujuannya.

Paguyuban juga telah membentuk koperasi yang dinamai sama dengan paguyuban yaitu “Koperasi Mbangun Deso” dan saat ini masih dalam proses untuk mendapatkan status berbadan hukum di Departemen Koperasi. Tetapi sampai saat ini, perjalanan koperasi memang belum berjalan sesuai harapan karena terkendala dengan kesibukan pengurusnya. Memang ada beberapa kegiatan yang sudah berjalan diantaanya adalah penyediaan sarana produksi pertanian berupa pupuk. Kedepan, mudah-mudahan koperasi bisa mewujudkan tujuannya yaitu menyejahterakan anggotanya melalui usaha-usaha yang sudah diprogramkan.

Bagi Anda, mungkin mempunyai saran dan kritik demi tercapainya tujuan paguyuban ini? Atau bahkan bisa membantu karena Anda mempunyai pengalaman yang dapat ditularkan kepada kami? Kami tunggu dengan senang hati….

19 Mei 2008

PERKUTUKAN, KAMPUNG JENITRI

Jenitri atau genitri atau ganitri atau rudraksha bagi masyarakat Peniron bukan hal yang asing lagi. Budidaya tanaman dengan hasil yang sangat menjanjikan keuntungan yang luar biasa, sudah dilakukan masyarakat secara tradisional sejak tahun 80an. Daerah sekitar Peniron yang sangat terkenal dengan budidaya tanaman ini sejak lama adalah desa Pengaringan, Condongcampur dan dusun nDiwung desa Kajoran. Daerah ini berada dipuncak bukit dan merupakan sentra agro jenitri selain tanaman cengkeh. Budidaya jenitri-lah yang sejak dulu menciptakan saudagar-saudagar di desa-desa di puncak bukit itu.

Seiring perkembangan, kini jenitri telah dibudidayakan hampir menyeluruh di Kebumen. Dengan eksperimen dan teknik-teknik tertentu, saat ini bahkan telah dihasilkan bibit tanaman jenitri kualitas super. Jenitri ini dihasilkan dari teknik stek dan dengan perawatan yang baik akan menghasilkan biji jenitri yang baik.

Di Peniron, daerah yang paling banyak populasi jenitri adalah Dusun Perkutukan. Hampir setiap jengkal, tanah di daerah ini ditanami jenitri. Jika anda mulai masuk dusun Bulugantung, jenitri bahkan menjadi pohon pelindung jalan. Bahkan beberapa tahun terakhir tanaman jenitri dikembangkan dikawasan hutan milik Perhutani di dusun itu. Saat musim panen jenitri seperti saat ini, hampir seluruh masyarakat di sana menikmati hasil panennya dengan keuntungan yang sangat menjanjikan. Betapa tidak, di dusun itu sebuah pohon jenitri ada yang menghasilkan lebih dari 10 juta!

Di daerah itu, teknik budidaya juga sudah lebih maju. Salah satunya adalah dengan teknik stek untuk menghasilkan kualitas biji yang lebih baik. Menurut Syadin, salah satu petani agro jenitri yang mulai mengembangkan teknik stek, dia telah menghasilkan puluhan pohon jenitri dan dalam 1-2 tahun diharapkan bisa memanen hasilnya. Pembudidaya jenitri yang lain adalah Kasidin, dia bahkan telah mengembangkan jenitri stek dalam ratusan pot yang terbuat dari tong-tong aspal. Awalnya, dia hanya membudidayakan bibit jenitri untuk ditanam sendiri, tetapi karena banyak yang datang dan berniat membelinya, maka sebagian bibit itu pun terpaksa dijualnya.

Dari prospek jenitri yang saat ini masih berharga sangat tinggi, jika perawatannya maksimal, maka dalam 2 tahun bisa dipastikan dia akan meraup keuntungan yang lumayan. Bayangkan jika dalam 1 pot menghasilkan 500.000, bukankah dari 100 pot saja dia bisa meraup hasil 50 juta?

Di Perkutukan dan tetangga desa Peniron, sudah banyak juragan-juragan jenitri yang menjadi pengepul. Mereka, disamping membeli biji yang sudah diolah dari petani, mereka juga mau membeli jenitri yang masih dipohon dan memanennya sendiri. Bahkan mereka banyak yang melakukan sewa pohon dalam tahunan. Caranya, pohon-pohon jenitri milik petani mereka sewa secara tahunan. Petani yang sudah menyewakan pohon jenitrinya akan menyerahkan perawatan hingga hasil panennya sebagai hak penyewa.

Nah, bagi Anda yang baru mengenal jenitri dan berminat mempelajari lebih jauh tentang jenitri, atau berbagi ilmu atau berminat membeli bibit, silahkan kontak langsung mas Kasidin di Hp 081328037079, atau langsung datang ke Perkutukan, desa Peniron, Pejagoan.

18 Mei 2008

WARUNG MAKAN KHAS PENIRON

Jika anda berkunjung ke Peniron, ada sebuah tempat kuliner yang sebaiknya anda coba, yaitu warung makan Yu Kini. Lokasinya persis di jembatan bengkek, tempat yang sudah sangat terkenal di seantero Peniron dan sekitarnya. Lokasi itu persis di pertigaan dan sebagai pangkalan angkutan di jalan raya Peniron.

Menilik tempatnya, warung ini memang terbilang sangat sederhana sebagai ciri khas warung makan di desa. Tetapi jika sudah melihat menu khas dari warung ini, anda akan merasakan bedanya dari warung-warung makan lain. Menu spesial di warung satu ini adalah goreng ikan asli dari kali Luk Ulo, ayam goreng kampung asli, sambal, pete, lalapan dan menu yang paling spesial adalah nasi singkong (bahasa Penironnya “sega Budin”) dengan sayur ikan pedas.

Di sajikan dengan cara prasmanan dan boleh tambah sepuasnya tanpa dihitung tambahan biaya, sangat cocok untuk kita yang berkantong ngepas. Satu piring nasi berikut ayam goreng/lele/ikan, sayur dan segelas es teh tak akan lebih dari 5000 perak. Suasana dan pelayanan yang ramah dan apa adanya membuat pengunjung bebas makan dengan beragam posisi, duduk, jegang, jongkok, ngobrol bahkan sambil jalan-jalan kalau mau. Masalah higienis, pengelola warung ini sangat menjaga kualitas dan kebersihannya.

Bagi anda yang kebetulan ke Peniron, silahkan mampir dan mencoba menu dan suasana khas warung Yu Kini ini. Dijamin lidah anda akan merasakan menu yang khas, lain daripada yang lain. Jangan kuatir jika banyak anak-anak muda yang duduk-duduk didepan warung itu, karena dijamin tak bakal menggangu anda karena mereka yang duduk-duduk itu akan sangat menghargai siapapun yang berkunjung.
Lokasi sekitar warung memang tempat yang lumayan ramai. Apalagi tempat itu juga merupakan area mangkalnya angkutan umum, baik jurusan Kebakalan – Kebumen maupun Watulawang – Kebumen.

Anda ingin merasakan menu khas sega bodin dengan lauk khas ndeso, dengan suasana dan harga ndeso? Tidak salah jika anda mencoba warung makan ini. Monggo..

16 Mei 2008

"KOMPLEKS UNIK" PERUMAHAN MASA DEPAN

Bagi orang Peniron dan sekitarnya atau orang asing yang pernah berkunjung ke Peniron, mungkin tak asing lagi dengan gambar di samping. Sekilas, gambar itu mirip sebuah komplek perumahan sangat sederhana. Bahkan bagi yang baru melihatnya, banyak yang mengira itu adalah sebuah bangunan perumahan atau pasar. Memang tak salah bagi yang menyebut perumahan karena itu memang bangunan perumahan.

Bukan bangunan perumahan bagi kami yang masih bisa nge-blog, yang bisa cari duit di Jakarta, Bandung, Malang bahkan merantau di Jepang atau yang jadi Ketua LKMD di desa tetapi nyari duit di kota. Tetapi bangunan-bangunan kecil berderet-deret itu adalah sebuah komplek perumahan masa depan alias komplek makam.

Sebagaimana disebutkan pada artikel terdahulu, Peniron terdiri berbagai budaya, dan salah satu bentuk kekayaan budaya Peniron adalah banyaknya komplek makam dengan gaya perumahan seperti itu. Model komplek makam seperti ini, memang tidak hanya di jumpai di Peniron, tetapi juga banyak terdapat di desa-desa sekitarnya terutama desa-desa di sebelah barat antara lain di Watulawang, Kajoran dan Karanggayam.

Lokasi makam yang masih memakai model bangunan seperti itu, kebanyakan berada di daerah/pedusunan yang masih banyak menganut budaya kejawen, dimana sebagian masyarakatnya masih taat meneruskan tradisi nenek moyangnya. Walaupun begitu, bukan berarti di daerah itu masyarakatnya tidak beragama, tetapi masyarakatnya walaupun 100% sebagai pemeluk agama Islam belum bisa melepaskan diri dari ikatan budaya pendahulunya.

Bangunan makam atau yang di desa Peniron dikenal sebagai cungkup itu hampir menyerupai pos ronda, baik dari ukuran maupun model bangunannya. Satu bangunan cungkup rata-rata berukuran 4 x 2,5 meter, dengan tinggi tiang tak ada yang lebih dari 1,5 meter dan biasanya digunakan untuk 1 keluarga atau 2-3 nisan/kijing. Kebanyakan terbuat dari kayu pilihan sehingga bisa bertahan bertahun tahun. Sekarang dengan susahnya mendapatkan kayu yang baik, keluarga pemilik makam sudah menggantikan kayu dengan bangunan dari bata dan semen.

Sebagian dari cungkup itu, ada yang bisa membuat bulu kuduk kita merinding, terutama bagi anda yang bukan orang Peniron asli dan baru pertama kali melihat langsung dari dekat. Yang anda yang bukan penakut tentu anda adalah pengecualian. Jika kita melongok ke dalam makam, yang sebagian berdinding sehingga gelap, ada begitu banyak bekas pembakaran kemenyan. Begitu lamanya, sehingga kemenyan yang dibakar itu bisa menumpuk lebih dari setengah meter!

Kemenyan-kemenyan itu memang merupakan salah satu bagian dari tradisi di daerah kami. Kebanyakan yang melakukan adalah mereka yang sudah berumur di atas 50 tahun. Untuk generasi di bawah itu, disamping malas, tidak bisa, juga karena kebanyakan sudah terpengaruh dengan budaya islam yang tidak melazimkan membakar kemenyan di makam. Pada bulan-bulan jawa tertentu seperti Suro, Mulud dan Besar, makam-makam itu sering dikunjung, para ahli waris dari penghuni perumahan untuk memanjatkan doa sambil menaburkan bunga, membersihkan kuburan dan membakar kemenyan. Di samping, tradisi mengunjungi makam sambil membakar kemenyan juga dilakukan kala ahli waris akan melangsungkan upacara pernikahan, khitan, tujuh bulan kehamilan dan lain-lain. Tradisi seperti itu di Peniron di sebut “resik” atau “nyekar”.

Di samping model makam seperti itu, di Peniron terdapat model makam lain yang seperti kebanyakan maupun makam leluhur yang berarsitektur berbeda. Ya, model makam di Peniron memang menjadi ciri sebagai desa yang punya budaya beragam. Di samping itu, menjadi salah satu simbol kerukunan karena tidak pernah ada masalah dengan banyaknya model makam walaupun berdampingan satu sama lainnya.

Tetapi disamping keunikannya, model makam “cungkup” juga menjadi masalah sendiri di saat lahan kuburan sudah begitu sempit, sementara masih saja ada orang yang mati. Karena sudah sangat rapatnya bangunan, hingga berdempet dempet, saat ada penghuni baru masuk komplek, betapa susahnya orang yang mengantar. Bahkan sampai keranda itu dibawa sambil merunduk, jongkok bahkan sampai dioper-operan seperti kerja bakti memindah batu bata. Disamping itu, dengan sempitnya lahan, sisa tanah yang sebenarnya bisa digunakan untuk kuburan, menjadi tak bisa digunakan karena dititik itu berdiri tiang rumah.

Masalah seperti itu memang harus dipecahkan, karena kalau makam umum tidak dibenahi dan diatur, apa kami masih bisa dapat kapling besok? Padahal sebelum saya mati, akan banyak orang dan teman-teman kami yang mendahuluinya. …Takut ndak dapat kapling kali.. he..he..

Tetapi tak berarti model makam itu perlu dieliminasi, tetapi mungkin perlu aturan dan penataan biar tidak seenaknya bikin bangunan dan kapling yang merusak landsekap dan tata makam. Apalagi, karena keunikannya, model makam berpotensi jadi obyek wisata, contohnya saat SDSB dan judi Kuda Liar masih marak, maka marak pula komplek perumahan masa depan itu..

Siapa yang tertarik untuk berwisata ke kuburan? Atau malah mau beli kapling???
Datang saja ke Peniron..

08 Mei 2008

TENTANG PENIRON

Peniron, hanyalah sebuah desa kecil di 10 km utara kota Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Terletak di sebelah barat lembah Luk Ulo, sebuah sungai terbesar di Kebumen yang membelah Kebumen menjadi dua daerah dengan kebudayaan sedikit berbeda satu dengan lainnya, yang sering orang katakan sebagai daerah wetan kali dan kulon kali. Sebagai desa, Peniron tidak ada yang istimewa dan mungkin nyaris sama seperti desa-desa lain yang jauh dari kota.

Untuk lebih mengenal Peniron, kami membagi artikel tentang Peniron dari beberapa aspek, dan karena tulisan ini bersifat rintisan, maka sangat terbuka bagi teman-teman untuk menambahkan referensi dan melengkapi artikel ini. Tentu harus didukung bukti sahih dan data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Peniron dalam sejarah :

Menyebut sejarah, adalah mengungkap sebuah fakta masa lampau. Jadi, masa lampau bisa dikatakan sebagai sejarah jika disertai bukti sejarah. Jika tidak, maka masa lampau itu baru berupa sebuah cerita sejarah yang mungkin hanya fakta sejarah lesan yang turun temurun.

Begitupun dengan sejarah Peniron, kendati kami dan masyarakat Peniron meyakini sejarah Peniron adalah sebuah fakta, tetapi karena tanpa dilengkapi sebuah peninggalan sejarah yang bisa membuktikan cerita sejarah Peniron, maka kami tak akan memaksa siapapun untuk mempercayainya seperti yang kami yakini.

Kondisi ini saya yakin tidak hanya terjadi di desa Peniron, tetapi mungkin hampir setiap desa menyimpan sejarah masing-masing. Mempunyai cerita turun-temurun tentang sejarah desanya, walaupun kurang didukung oleh bukti-bukti peninggalan sejarah dan tak terdokumentasi dengan baik sebagai dokumen sejarah. Sebagian dari kita memang tak terlalu peduli dengan sejarah.

Sebagian dari kita bahkan menganggap dengan mengagungkan sejarah, kita hanya membuai diri dengan cerita heroik masa lalu dan akan melenakan kita akan keharusan membangun dan mempersiapkan masa depan. Karena pemikiran di atas itulah, kita sekarang menjadi bangsa yang tak punya jati diri, menjadi bangsa yang labil dan mudah dipermainkan perubahan jaman.
Maka, jika kita ingin menjadi bangsa yang besar mari kita belajar pada sejarah. Dengan sejarah kita menjadi mengenal siapa kita, menjadi tahu dan belajar/minimal bisa membayangkan bagaimana perjuangan generasi sebelum kita.

Peniron masa lampau adalah sebuah belantara dilembah Luk Ulo. Konon yang membuka hutan dan menjadikan daerah pemukiman adalah seorang ulama/kesatria bernama Eyang Rohmanudin alias Mbah Kuwu. Sampai akhir hayatnya Eyang Rohmanudin tidak mempunyai keturunan dan jasadnya dimakamkan di Pemakaman Istana Gede, di dukuh Krajan Peniron.

Menyebut sejarah, cerita Peniron tak lepas dari sejarah berdirinya kota Kebumen/Kebumian/Kabumian.
Pada saat Ki Bumi, seorang Senopati dari Mataram membuka desa di lembah Luk Ulo sehingga dinamakan Ki-Bumi-an atau Ke-Bumi-an atau sekarang menjadi Kebumen, seorang pengikutnya yaitu Ki Bodroyudo/Eyang Bodroyudo tinggal di Peniron.

Disamping beliau, sejarah Peniron juga mencatat pejuang-pejuang yang lain seperti Eyang Kuntiri, Eyang Ragil, Eyang Nayawedana sang penakluk jin dan membuka hutan menjadi daerah Kebokuning, Eyang Drapaita alias Mbah Pancur yang menancapkan keris dan keluar air sehingga daerah Kalipancur terdapat mata air yang tak pernah kering, dimakamkam di Istana Gede.
Pejuang Peniron lainnya adalah Eyang Canakrom dan Eyang Guna Wijaya, seorang empu yang selalu mandi menggunakan api, dan masih banyak lagi.

Masih banyak lagi tokoh-tokoh dalam sejarah Peniron, tetapi yang mengherankan beberapa sumber sejarah tidak mau bercerita secara detail bahkan menutup diri untk membuka cerita tokoh-tokoh yang konon memang sengaja dirahasiakan.
Entahlah, mungkin justru dengan adanya rahasia dari tokoh-tokoh di Peniron itulah yang akhirnya menjadikan Peniron punya ciri khas cerita sejarah tersendiri.

Dari sisi pemerintahan, Peniron pertama kali dipimpin oleh Ki Udadiwangsa, konon beliau memimpin Peniron jauh sebelum tahun 1900an. Makam beliau ada di Istana Gede.

Pemimpin Peniron yang kedua adalah Ki Ranareja, yang di sebut-sebut sebagai Demang pertama. Salah satu tokoh nasional yang merupakan garis keturunan dari beliau adalah Edi Nalapraya, seorang jendral yang dulu pernah memimpin IPSI.

Pemimpin ketiga adalah Eyang Tirtawijaya, dimakamkan di pemakaman Bulugantung.

Pemimpin keempat adalah Eyang Ketiwijaya/Kusen dimakamkan di Bulugantung.

Pemimpin kelima adalah Samikarya. Masa pemerintahannya adalah sesudah kemerdekaan Indonesia (1945). Pada masa itu, Peniron adalah daerah Gelondongan, yaitu sebuah Desa koordinator bagi desa-desa sekitarnya, sehingga Kepala Desa waktu itu lebih dikenal sebagai Gelondong. Karena masa itu tidak ada batasan masa jabatan, dia baru berhenti menjadi Kepala Desa pada tahun 1984. Beliau dimakam di Istana Gede.

Pemimpin Peniron yang keenam adalah H. Nursodik yang memimpin Peniron selama 16 tahun, dari tahun 1986 – 2002. Beliau dimakam di Pemakaman Umum Karang Cengis.

Pemimpin ketujuh adalah Triyono Adi, yang memimpin Peniron sebagai Kepala Desa sejak tahun 2002 sampai sekarang.

Demikian sekilas tentang cerita sejarah Peniron. Sebagai tulisan rintisan, yang masih memerlukan banyak penyempurnaan, maka siapapun masih sangat mungkin untuk menambah cerita sejarah ini, tentu didukung serta diakui oleh warga Peniron sebagai fakta sejarah Peniron. Dengan demikian, akhirnya akan menambah khasanah sejarah Peniron.

Mudah-mudahan walaupun belum lengkap, sejarah tentang Peniron akan menjadikan warga Peniron dan siapapun keturunan orang Peniron lebih mempunyai jatidiri dan mejadi generasi tangguh memperjuangkan masa depan. Dan harapannya lagi, muncul kebanggaan dan kepedulian meneruskan cita-cita pendahulu, yang telah berjuang pada jamannya demi kita dan anak cucu kita.

Peniron dari aspek Sosial, Budaya dan Politik:

Sebagai daerah pedesaan, desa Peniron adalah desa yang aman, tentram, damai. Masyarakat hidup berdampingan dengan masih sangat tinggi memegang nilai-nilai dan norma sosial yang dianutnya. Hubungan kemasyarakatan yang masih sangat kuat di Peniron menjadikan seluruh masyarakat saling mengenal satu-sama lain walaupun jumlahnya mencapai 1500 Kepala Keluarga dengan luas wilayah 951 Ha.

Hampir 90% penduduknya bekerja sebagai petani, dengan 80% dari itu adalah petani marginal karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Selebihnya dari yang berprofesi sebagai petani adalah PNS/Wirausaha/TNI/Polri.

Walaupun penduduk Peniron 100% beragama Islam, tidak semua daerah merupakan warga muslim yang sangat taat, bahkan hampir 40% bisa dikatakan sebagai kaum abangan. Toh begitu tak pernah ada gejolak apapun di sana karena semua saling menghormati dan saling menjaga perasaan masing-masing.

Dalam hal pendidikan, 90% anak usia sekolah telah menamatkan pendidikan dasar 9 tahun/setingkat SLTP, apalagi didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai untuk pendidikan dasar. Di Desa Peniron ada 2 buah TK, 3 buah SD Negeri, 1 buah MI Swasta dan 1 buah SMP Negeri. Keterbatasan lembaga pendidikan setingkat SLTP di Peniron teratasi karena adanya MTs Swasta di desa tetangga, yaitu 1 MTs di desa Karangreja kec. Karanggayam dan 1 buah MTs di desa Jemur Pejagoan yang jaraknya lumayan dekat.

Untuk pendidikan menengah atas, hampir 50% lulusan SMP meneruskan pendidikan setingkat SLTA di kota dan hanya sekitar 10% dari lulusan SLTA yang meneruskan ke perguruan tinggi. Kondisi sekarang yang segalanya serba mahal sangat menjadi kendala bagi warga Peniron untuk menyekolahkan anaknya apalagi sampai ke perguruan tinggi.

Dalam hal kebudayaan, sebagaimana disebutkan di atas, sebagai desa di wilayah kulon kali (barat sungai Luk Ulo), maka kebudayaan masyarakatnya sangat dipengaruhi budaya Jawa Banyumasan. Baik dari segi bahasa/dialek, kesenian dan budaya adat lainnya. Jadi tak heran jika di Peniron ada 3 buah group kesenian ebleg/kuda lumping, 2 buah group lengger, mentiet, dangsak, dan lainnya. Disamping budaya banyumasan, Peniron dikenal sebagai gudangnya group kesenian Janeng, sebuah seni shalawat tradisional Islam.

Dalam hal politik, Peniron lebih terbagi pada 2 kekuatan ideologi, yaitu Islam dan Nasionalis. Hal ini tidak mengherankan karena di samping berimbangnya kaum agamis dan abangan, Peniron juga punya sejarah masa lalu yang menggambarkan dominannya kedua kekuatan yang pada masanya diwakili oleh Partai NU dan PNI.

Bahkan ketika terjadi perselisihan antara AOI (Angkatan Oemat Islam) dan Republik Indonesia tahun 1949 – 1952, desa Peniron menjadi salah satu basis kekuatan AOI sehingga sampai terjadi pertumpahan darah. Tercatat 2 orang terbunuh oleh AOI dan beberapa rumah yang ditengarai sebagai lumbung logistik AOI dibakar oleh tentara Indonesia.

Pada masa Orde Baru, karena kuatnya massa "hijau", Peniron adalah tambang emas bagi PPP sehingga selalu mampu mengimbangi bahkan sempat mengungguli perolehan suara Golkar pada ajang PEMILU.

Kini, dimasa reformasi ketika begitu banyak partai berbasis warga NU, massa islam di Penironpun terpecah, terutama dalam dua kakuatan besar PKB dan PPP. Karena terpecahnya massa hijau, sejak Pemilu di masa reformasi di gelar, PKB dan PPP belum mampu mengungguli suara PDI Perjuangan sebagai pengumpul suara terbanyak.

Peniron dalam aspek Demografi dan Geografis :

Secara Geografis, Peniron terletak di 70400 - 70410 Lintang Selatan dan 1090400 - 1090410 Bujur Timur.

Batas utara adalah Desa Logandu dan Kebakalan (Kecamatan Karanggayam), batas timur Desa Karangreja Kecamatan Karanggayam, Desa Kedungwaru, Seling dan Widoro (Kecamatan Karangsambung), batas selatan Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan, dan batas barat adalah Desa Watulawang dan Pengaringan (Kecamatan Pejagoan).

Luas Wilayah 951 Ha atau 9.510 Km2.

Desa Peniron terdiri dari dataran rendah di sekitar lembah Luk Ulo dan sebagian lagi bergunung-gunung. Puncak tertinggi di Peniron adalah gunung Brujul yang berbatasan dengan desa Kebakalan.

Pada tahun 2007, jumlah penduduk Peniron adalah 7.636 jiwa dengan 1456 KK. Jumlah itu belum termasuk yang sudah menetap di luar daerah karena mempunyai pekerjaan tetap di luar Peniron. Sebagian besar dari penduduk yang menetap adalah usia non produktif, sedangkan usia produktif sebagian besar didominasi oleh usia sekolah dan pasca sekolah karena belum bekerja atau dalam rangka mencari kerja. ***bersambung**

02 Mei 2008

PENIRONESIA#2

Istilah Penironesia, dan tambahan frase pada judul artikel ini bukanlah sebagai simbol separatisme. Memiripkan dengan Indonesia, kami maksud hanya agar lebih unik dan menarik, yang kemudian ada harapan dari kami, dengan ketertarikannya, akan timbul nasionalisme yang yang lebih besar dari seluruh warga Peniron di jagat raya ini terhadap Penironesia. He..he..

Sebenarnya, jauh sebelum saya pake untuk judul posting ini, Penironesia sudah kami proklamirkan sebagai nama room pada forum chatting untuk sesama teman-teman Peniron.

Jadi Babinsa, Intelkam, BIN dll tak perlu kuatir akan gerakan separatis baru. Ah..apalah arti sebuah nama kan Pak BIN?

Desa Peniron sebagai wilayah administratif sudah ada sejak jaman pemerintah kolonial Belanda. Kala itu konon wilayahnya mencakup sampai Watulawang dan Pengaringan, yang sekarang menjadi desa tetangga. Jadi sangat mungkin jika kelak secara riil tim ahli sejarah Penironesia sudah dapat membuktikan tanggal berdirinya desa Peniron, maka Penironesia akan jauh lebih tua dari Kabupaten Kebumen.
Hayo wong Bumen, apa ndak malu kalau nanti umur Kebumen lebih muda dari Penironesia? Apa ndak sebaiknya ditinjau kembali hari jadi Kebumen itu??

Mengenai sejarah terbentuknya Peniron silahkan tunggu postingan kami bulan depan karena tim sejarah Penironesia belum selesai mendokumentasikan hasil penelitiannya.

Bagi saya yang lahir, besar dan mungkin matipun di Peniron, saya tahu bagaimana Peniron amat potensial untuk menjadi desa maju. Peniron yang luasnya lebih dari 980 hektar, jumlah penduduk yang besar, punya sawah yang luas sebagai penyangga pangan, punya hutan yang tidak semua desa punya, punya dataran rendah luas sebagai daerah penataan kawasan terpadu, punya pegunungan yang menyajikan suasana damai dan tanahnya yang menghasilkan beragam tanaman agrobisnis, punya lembah Luk Ulo tempat tambang pasir, jarak yang sedikit jauh dari kota dengan dikelilingi desa-desa yang lebih kecil dan merupakan jalan simpul/persimpangan menuju 2 kecamatan, bahkan salah satunya adalah jalur menuju kabupaten Banjarnegara dan banyak potensi lain.

Tetapi, potensi yang menjadikan Peniron ditetapkan pemerintah sebagai salah satu Kawasan Pengembangan Desa Terpadu sepertinya masih sebagai program kosong pemerintah. Toh pada kenyataannya, jalan kabupaten yang melewati desa Peniron yang sudah puluhan tahun rusakpun, tidak pernah diperbaiki.

Ketika jalan kabupaten tersebut diaspal hotmix tahun 90an, sampai sekarang belum pernah sekalipun diaspal lagi. Dan ketika sejak tahun 2006 ada proyek peningkatan jalan berjudul : Peningkatan Jalan Tembana – Peniron sampai 3 tahap dengan dana milyaran rupiah, realisasi peningkatan jalan itu sampai saat tidak sampai di desa kami. Entahlah..

Karena keterbatasan, terutama Sumber Daya Manusia, potensi Penironesia memang belum dimanfaatkan untuk menjadikan Penironesia berkembang sepesat yang diharapkan.
Toh bukan berarti Penironesia tidak berupaya maju. Keterbatasan yang dipunyai justru menjadikan sebagian rakyat Penironesia berjuang mengekpresikan dirinya untuk eksis. Minimal, sebagai desa terluas di kawasan utara, Penironesia tetaplah desa terbesar, terdepan dan selalu sebagai leader desa-desa sekitar.

Itulah Penironesia tanah tumpah darah kami. Desa yang telah membesarkan dan bahkan mengantar saudara-saudara kami rakyat Penironesia menjadi sukseswan di perantauan dalam maupun luar negeri, sukses duduk dikursi empuk birokrasi, sukses menjadi pengusaha dan lain sebagainya.

Ditengah geliat menuju desa mandiri, yang diharapkan kelak tak melulu bergantung pada pemerintah, potensi-potensi di atas tentu harus digali dan dimaksimalkan. Dan karena keterbatasannya, rakyat Penironesia tak mampu memikulnya sendiri. Keterbatasan ilmu, jam terbang, tenaga dan materi membuat Penironesia butuh suntikan investasi ilmu, spirit dan materi dari luar.

Maka, Saudara-saudara kami yang telah menjadi sukseswan adalah harapan rakyat Peniron untuk membantu mengatasi keterbatasan itu.

Semoga dengan semangat kebersamaan, Penironesia kelak akan menjadi desa yang membanggakan dan membahagiakan rakyatnya. Amiin…

SALAM MERDEKA…

PENIRONESIA

Desa Peniron, sebuah desa 12 km sebelah utara dari kota Kebumen. Sebuah desa kecil di kabupaten kecil.. Secara administratif, desa Peniron menjadi bagian dari kecamatan Pejagoan dan merupakan desa terluas di kecamatan ini dengan luas tak kurang dari 980 Ha. Jumlah penduduk menetap tahun 2007 kurang lebih 8000 jiwa.

Di desa inilah saya menghabiskan masa kecil hingga setua sekarang. Saya menamatkan pendidikan SD di SDN 1, salah satu sekolah dasar dari 4 sekolah dasar yang ada di desa saya. Saya meneruskan pendidikan SMP hingga lulus tahun 2000 di sebuah SMP Negeri di kota Kebumen walaupun saat itu di desa saya juga sudah ada SMP PGRI. (sekarang sudah tidak ada karena sudah berdiri sebuah SMP Negeri 2 Pejagoan).

Desa Peniron berbatasan langsung dengan desa Kebagoran di sebelah selatan, Watulawang dan Pengaringan di sebelah barat, desa Logandu dan Karangreja (Kecamatan Karanggayam) di sebelah utara dan desa Seling dan Kedungwaru (kecamatan Karangsambung) di sebelah timur yang dibatasi Sungai Luk Ulo. Topografi desa Peniron terdiri dari lembah, dataran rendah dan pegunungan, sehingga Peniron punya banyak sungai, sawah dan hutan yang luas, dan jalanan yang naik turun.


Dari letak geografis yang dikelilingi banyak desa dan didukung struktur topografi yang berbeda dari desa lain, Peniron tumbuh menjadi desa yang penuh potensi, sehingga menjadi pilot project kawasan desa berkembang. Sehingga walaupun berada cukup jauh dari kota, Peniron mempunyai sarana publik yang cukup memadai mulai dari masjid besar, lapangan olah raga, pasar, terminal angkutan, klinik kesehatan, serta fasilitas pendidikan dari TK hingga SLTP.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani, dengan rata-rata mempunyai luas lahan yang sangat terbatas. Sebagian kecil adalah PNS/TNI/Polri dan wirausaha. Karena kondisi itu pula, sebagian besar teman-teman saya mencari nafkah menjadi perantau diluar Peniron bahkan menjadi TKI/TKW. Bersambung…